MENGENAL 20 SIFAT ALLAH
SWT DAN PENJELASAN.
Asyhadu an-laa ilaaha illallaah (Saya bersaksi
bahwa tiada Ilah selain Allah), Wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah
(dan saya bersaksi Muhammad SAW adalah Utusan Allah).
Kalimat diatas menunjukkan pengakuan tauhid. Artinya,
seorang muslim hanya mempercayai Allâh sebagai satu-satunya Allah.
Allah adalah Tuhan dalam arti sesuatu yang menjadi
motivasi atau menjadi tujuan seseorang.
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada
Tuhan [yang berhak disembah] melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan.
Para malaikat dan orang- orang yang
berilmu [juga menyatakan yang demikian itu].
Tak ada Tuhan [yang berhak disembah]
melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.2 Al-Baqara :18)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok [akhirat],
dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.59. Al-Hasr :18)
|
Sebagai Umat
islam meyakini adanya Allah SWT dan mengetahui sifat-sifatnya, agar menjadi
mukmin sejati. Dengan modal iman inilah kita akan menjalankan perintah-Nya dan
meninggalkan larangan-Nya.
A. Pengertian Iman kepada Allah
SWT
Iman menurut
bahasa artinya percaya atau yakin terhadap sesuatu. Iman menurut istilah adalah
pengakuan di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dikerjakan dengan anggota
badan.
Hal ini
sesuai Hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi :
“Iman adalah pengakuan dengan hati,
pengucapan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan.”
(HR Thabrani)
Dari penjelasan Hadits di atas dapat disimpulkan bahwa
iman kepada Allah SWT membutuhkan tiga unsur anggota badan yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lainnya, yaitu hati, lisan dan anggota badan.
Iman kepada
Allah merupakan suatu keyakinan yang sangat mendasar. Tanpa adanya iman kepada
Allah SWT, seorang tidak akan beriman kepada yang lain, seperti beriman kepada
malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul Allah dan hari kiamat.
Firman Allah
SWT :
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab Allah yang diturunkan
kepada Rasul-Nya, serta kitab Allah yang diturunkan sebelumnya, Barang siapa
yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya,Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian maka sesungguhnya orang itu telah
sesat sejauh-jauhnya.”
(QS.An Nisa : 136)
B. Sifat-Sifat
Allah SWT
Allah SWT adalah zat Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas
seluruh alam beserta isinya. Allah SWT memiliki sifat wajib, mustahil dan jaiz
sebagai sifat kesempurnaan bagi-Nya.
Sebagai muslim
yang beriman, wajib mengetahui sifat-sifat tersebut.
- Sifat wajib, artinya sifat-sifat yang
pasti dimiliki oleh Allah SWT – Sifat wajib Allah berjumlah 13.
- Sifat mustahil, artinya sifat-sifat yang
tidak mungkin ada pada pada Allah SWT – Sifat mustahil merupakan kebalikan
dari sifat wajib. Jumlahnyapun sama dengan jumlah sifat wajib bagi Allah
SWT.
- Sifat jaiz, artinya sifat yang mungkin
bagi Allah SWT untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai
dengan kehendak-Nya. – Artinya Allah berbuat sesuatu tidak ada yang
menyuruh dan tidak ada yang melarang.
Sifat jaiz bagi Allah hanya satu, yaitu “Fi’lu kulli
mumkinin au tarkuhu.”
C. Dalil Naqli tentang Sifat-Sifat
Allah SWT
Sifat-sifat
Allah yang wajib kita imani ada 20, diantaranya :|
1. Wujud ( Ada )
Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan atau
menciptakan, tetapi Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri.
Sifat
mustahil-Nya adalah : Adam yang berarti
tidak ada.
Untuk itulah
kita tidak boleh meragukan atau mempertanyakan keberadaanNya.
Keimanan seseorang akan membuatnya dapat berpikir dengan akal sehat bahwa alam
semesta beserta isinya ada karna Allah yang menciptakannya.
“Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang
telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas
Arsy.
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.
Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan
hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam“ … (QS. Al-A’raf :54)
Kepercayaan ada dan tidak adanya Allah SWT bergantung
pada manusia itu sendiri yang bisa menggunakan akal sehatnya, sebagai bukti
dengan adanya alam beserta isinya.
- Jika kita perhatikan, maka dari
mana alam semesta itu berasal ?
- Siapakah Dia Yang Maha Kuasa
dan Maha Agung itu ?
- Dialah Allah SWT yang Maha Suci
dan Maha Tinggi.
- Dialah yang mengadakan segala
sesuatu di alam ini, termasuk diri kita.
Selain melihat alam semesta, kita juga dapat melihat
tanda-tanda kekuasaan-Nya, seperti manusia dengan segala perlengkapan hidupnya
di dunia ini. Tentu kita bisa berfikir bahwa semua yang ada pasti ada yang
menciptakan, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa ( Allah SWT).
Terkait
dengan hal ini Allah SWT berfirman :
“Dan dialah yang telah menciptakan bagi
kamu sekalian pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu
bersyukur. Da Dialah yang menciptakan serta mengembangbiakkan kamu di bumi ini
dan kepada-Nyalah kamu akan dihimpun. Dan Dialah yang menghidupkn dan mematikan
dan Dialah yang mengatur pertukaran malam da siang. Maka apakah kamu tidak
berfikir?” … (QS.Al Muminun :78-80)|
2. Qidam ( Dahulu atau
Awal )
Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt sebagai
Pencipta lebih dulu ada daripada semesta alam dan isinya yang Ia ciptakan.
Sifat
mustahil-Nya adalah : Hudus yang artinya
baru.
Allah SWT
tidak berpermulaan sebab sesuatu yang berpermulaan itu adalah baru dan sesuatu
yang baru itu namanya mahluk (yang diciptakan). Allah SWT bukan mahluk
melainkan Khalik (Maha Pencipta). Oleh karena itu Allah SWT wajib bersifat
qidam.
Firman Allah
SWT :
“Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang
Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu“ … (QS. Al-Hadid :3)
Adanya Allah itu pasti lebih awal daripada mahluk
ciptaan-Nya. Seandainya keberadaan Allah didahului oleh mahluk-Nya, maka semua
ciptaan Allah ini akan hancur berantakan. Hal ini tentu mustahil bagi Allah
karena Allah Maha pencipta, tidak mungkin ciptaannya lebih dahulu daripada yang
menciptakan..|
3. Baqa’ ( Kekal )
Kekalnya Allah SWT tidak berkesudahan atau
penghabisan.
Sifat mustahilnya adalah : Fana’ artinya rusak atau binasa.
Semua mahluk
yang ada di alam semesta seperti manusia, binatang, tumbuhan, planet dan
bintang akan rusak atau binasa sehingga disebut baru sebab ada awal dan ada
akhirnya.
Manusia
betapapun gagah perkasa dirinya, wajah elok nan rupawan, suatu saat akan
menjadi tua dan mati. Demikian halnya dengan tumbuhan yang semula tumbuh subur
maka lama kelamaan akan layu dan mati. Sungguh betapa hina dan lemahnya kita
berbangga diri di hadapan Allah SWT.
Betapa tidak
patutnya kita berbangga diri dengan kehebatan yang kita miliki karena segala
kehebatan itu hanyalah bersifat sementara. Hanya Allah SWT Sang Pencipta yang
bersifat kekal.
Firman Allah
SWT :
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
Dan tetap kekal Wajah Rabb-mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan“ … (QS. Ar-Rahman :26-27)|
4. Mukhalafatu lil
hawadits ( berbeda dengan Ciptaannya )
Berbeda dengan semua yang baru (mahluk).
Sifat
mustahil-Nya adalah : Mumasalatu lil hawadisi
Artinya serupa dengan semua yang baru(mahluk).
Sifat ini
menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan hasil ciptaan-Nya. Coba kita
perhatikan tukang jahit hasil baju yang dijahit sendiri tidak mungkin sama
dengan baju yang dibuat orang lain.
Begitu juga
dengan tukang pembuat sepatu tidak mungkin sama dengan sepatu yang dibuatnya,
bahkan robot yang paling canggih dan mirip manusia sekalipun tidak akan sama
dengan manusia yang membuatnya.
Firman Allah
SWT :
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan
Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat“ … (QS.
Asy-Syura :11)
Senada dengan ayat tersebut Allah SWT juga berfirman
dalam ayat yang lain yang berbunyi :
“……….Dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia(Allah).” … (QS Al Ikhlas :4)
Dari dua ayat di atas dapat diambil pelajaran bahwa
yang dimaksud dengan tidak setara itu adalah tentang keagungan, kebesaran,
kekuasaan dan ketinggian sifat-Nya. Tidak satupun dari mahluk-Nya yang
menyerupai-Nya..|
5.
Qiyamuhu binafsihi ( Allah berdiri sendiri )
Qiyamuhu Binafsihi berarti Allah SWT itu berdiri
dengan zat sendiri tanpa membutuhkan bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan
Allah SWT itu ada dengan sendirinya tidak ada yang mengadakan atau menciptakan.
Contohnya,
Allah SWT menciptakan alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa minta
pertolongan siapapun.
Sifat
mustahil-Nya adalah : Ihtiyaju lighairihi,
artinya membutuhkan bantuan yang lain. Berbeda sekali dengan manusia, manusia
hidup di dunia ini tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Mereka pasti saling
membutuhkan antara satu dan yang lainnya karena mereka mahluk (yang
diciptakan), sedangkan Allah SWT adalah Maha Pencipta.
Firman Allah
SWT :
“Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Yang
hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri.”
(QS Ali Imran:2)
Sadarlah ternyata kita ini mahluk yang sangat lemah
karena tidak mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Akan tetapi, sebagai manusia
kita juga harus memiliki sifat mandiri supaa tidak bergantung pada orang lain.
6. Wahdaniyyah ( Esa atau
Tunggal )
Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa., baik itu Esa
zat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuatannya.
Esa zat-Nya
maksudnya zat Allah SWT itu bukanlah hasil dari penjumlahan dan perkiraan atau
penyatuan satu unsur dengan unsur yang lain mkenjadi satu. Berbeda dengan
mahluk, mahluk diciptakan dari berbagai unsur, seperti wujudnya manusia, ada
tulang, daging, kulit dan seterusnya.
Esa
sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah SWT tidak sama
dengan sifat-sifat pada mahluk-Nya, seperti marah, malas dan sombong.
Esa
perbuatan-Nya berarti Allah SWT berbuat sesuatu tidak dicampuri oleh perbuatan
mahluk apapun dan tanpa membutuhkan proses atau tenggang waktu. Allah SWT
berbuat karena kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang menyuruh dan melarang.
Sifat
mustahil-Nya adalah : Ta’adud
Artinya berbilang atau lebih dari satu. Allah SWT mustahil (tidak mungkin)
lebih dari satu. Seandainya lebih dari satu pasti terjadi saling bersaing dalam
menentukan segala sesuatunya, kalau terjadi demikian pasti alam semesta tidak
akan terwujud.
Perhatikan
firman Allah SWT berikut ini :
”Katakanlah (Muhammad ). Dialah Tuhan Yang
Maha Esa . Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada_Nya segala sesuatu . dia
tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia.” … (QS Al Ikhlas :1-4)
Meyakini ke-Esa-an Allah SWT merupakan hal yang paling
prinsip. Seseorang dianggap muslim atau tidak , bergantung pada pengakuan
tentang ke-Esa-an Allah SWT. Hal ini dapat dibuktikan dengan cara bersaksi terhadap
Allah SWT, yaiut dengan membaca syahadat tauhid yang berbunyi : “Aku bersaksi
tiada Tuhan selain Allah.”
| 7. Qudrat ( Berkuasa )
Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak,
tidak ada batasnya dan tidak ada yang membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri
maupun terhadap makhluk-Nya. Berbeda dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan
ada yang membatasi.
Sifat
mustahil-Nya adalah : ‘Ajzu,
artinya lemah. Allah SWT tidak mungkin bersifat lemah. Bagi Allah SWT, jika
sudah berkehendak melakukan atau melakukan sesuatu, maka tidak ada satu pun
yang dapat menghalangin-Nya. Dengan demikian, Allah SWT tetap bersifat kudrat
(kuasa) dan mustahil bersifat ‘ajzu (lemah).
Firman Allah
SWT :
“Sesungguhnya ALLAH berkuasa atas segala
sesuatu“ … (QS. Al-Baqarah :20)
Sungguh idak patut manusia bersifat sombong dengan
kekuasaan yang kita miliki karena sebesar apapun Allah SWT. Pasti lebih kuasa.
Oleh karena itu, kita sebagai hamba Allah yang hidup di muka bumi harus berkarya,
berkreasi, dan berinovasi.
8. Iradat ( Berkehendak )
Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas
kehendak-Nya sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain atau campur tangan dari
siapa pun Apapun yang Allah SWT kehendakin pasti terjadi, begitu juga
setiap setiap Allah SWT tidak kehendaki pasti tidak terjadi.
Berbeda
dengan kehendak atau kemauan manusia, tidak sedikit manusia mempunyai
keinginan, tetapi keinginan itu kandas di tengah jalan. Apabila manusia
berkeinginan tanpa disertai dengan kehendak Allah SWT. Pasti keinginan itu
tidak terwujud. Hal ini menunjukan bahwa manusia memiliki keterbatasan,
sedangkan Allah SWT memiliki kehendak yang tidak terbatas.
Sifat
mustahil-Nya adalah : Karahah,
Artinya terpaksa. Jika Allah SWT bersifat karahah (terpaksa) pasti alam jagat
raya yang kita tempai ini tidak terwujud sebab karahah itu adalah sifat
kekurangan, sedangkan Allah SWT, wajib bersifat kesempurnaan. Dengan demikian,
Allah SWT. Wajib bersifat iradah (berkehendak) mustahil bersifat karahah (terpaksa).
Untuk
menguatkan keyakinan kita, Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya perintah-Nya apabila dia
menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:”Jadilah”maka terjadilah” …. (QS. Yasin : 82)
Sebagai manusia kita harus mempunyai kemauan,
keinginan, dan cita-cita yang bertujuan membangun hari esok yang lebih baik
karena kita hidup di muka bumi ini hanya bersifat sementara. Oleh karena itu,
apapun yang kita cita-citakan dengan tujuan mengharap rida Allah SWT.
9. Ilmu ( Mengetahui )
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, meskipun pada
hal yang tidak terlihat.
Sifat
mustahil-Nya adalah : Jahlun yang artinya
bodoh.
Allah SWT
memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat sempurna, artinya ilmu Allah
SWT itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah SWT mengetahui segala
sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang tampak maupun yang gaib.
Bahkan, apa
yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali pun. Bukti kesempurnaan ilmu
Allah SWT, ibarat air laut menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Allah
SWT, tidak akan habis kalimat-kalimat tersebut meskipun mendatangkan tambahan
air yang banyak seperti semula.
Kita sering
kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di dunia ini.
Kita juga takjub akan indahnya karya dan canggihnya tekhnologi yang diciptakan
manusia. Sadarkah kita bahwa ilmu tersebut hanyalah sebagian kecil saja yang
diberikan Allah SWT kepada kita ?.
Firman Allah
SWT :
”…..Allah SWT mengetahui apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” … (QS Al Hujurat:16)
Oleh karena
itu, sebagai hamba Allah SWT, seharusnya terdorong untuk terus menimba ilmu.
Kita sadar bahwa sebanyak apapun ilmu yang telah kita ketahui, masih lebih
banyak lagi ilmu yang belum kita ketahui.
|
10. Hayat ( Hidup )
Hidupnya Allah tidak ada yang menhidupkannya melainkan
hidup dengan zat-Nya sendiri karena Allah Maha Sempurna, berbeda dengan makhluk
yang diciptakan-Nya.
Sifat
mustahil-Nya adalah : Mautun yang artinya
mati.
Contohnya,
Manusia ada yang menghidupkan. Selain itu, mereka juga mmebutuhkan makanan,
minuman, istirahat, tidur, dan sebagainya. Akan tetapi, hidupnya Allah SWT
tidak membutuhkan semua itu. Allah SWT hidup selama-lamanya, tidak mengalami
kematian bahkan mengantuk pun tidak.
Firman Allah
SWT :
”Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang
hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak
tidur” … (QS Al Baqarah: 255)
Allah SWT selalu mengurus dan mengawasi seluruh
makhluk ciptaan-Nya. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berhati-hati dalam
segala tindakan karena gerak gerik kita akan di awasi dicatat Allah SWT. Kelak
di akhirat seluruh amalan tersebut akan kita pertanggung jawabkan.
11. Sam’un ( Mendengar )
Allah SWT mendengar setiap suara yang ada di alam
semesta ini. Yidak ada suara yang terlepas dari pendengaran Allah SWT walaupun
suara itu lemah dan pelan., seperti suara bisikan hati dan jiwa manusia.
Pendengaran
Allah SWT berbeda dengan pendengaran mahluk –Nya karena tidak terhalang oleh
suatu apapun, sedangkan pendengaran mahluk-Nya dibatasi ruang dan waktu.
Sifat
mustahil-Nnya adalah : Summun artinya tuli
(tidak mendengar).
Allah SWT
mustahil bersifat tuli (tidak mendengar) sebab sekiranya Allah SWT tidak
mendengar pasti segala permohonan dan pernyataa syukur hamba-Nya tidak akan
diterima-Nya.
Selain itu
penghiaan orang kafir, orang musrik, orang munafiq, dan lain sebagainya tidak
dihiraukan-Nya. Oleh karena itu Allah SWT tetap bersifat sama’ mustahil
bersifat summun .
Sebagaimana
Firman Allah SWT dalam surah Al Maidah berikut.
”Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui” … (QS Al Maidah :76)
Sebagai seorang muslim seharusnya kita senantiasa
bertingkah laku, bersikap, dan berbicara dengan bahasa yang santun dan
mengeluarkan ucapan-ucapan yang baik lagi bermanfaat. Karena Allah SWT pasti
mendengar segala perkataan m,anusia, baik terucap maupun di dalam hati.|
12. Basar ( Melihat )
Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam
semesta ini . penglihatan Allah bersifat mutlak, artinya tidak dibatasi oleh
jarak( jauh atau dekat) dan tidak dapat dihalangi oleh dinding (tipis atau
tebal). Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, kecil maupun besar, tampak
atau tidak tampak, pasti semuanya terlihat oleh Allah SWT.
Sifat
mustahil-Nya adalah : ‘Umyun, artinya
buta.
Allah SWT wajib bersifat kesempurnaan. Seandainya Allah SWT itu buta pasti alam
semesta ini tidak akan ada karena Allah SWT tidak dapat melihat apa yang
diciptakan-Nya.
Firman Allah
SWT sebagai berikut.
”………Dan Allah maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
… (al-Baqarah: 265)
Dengan memahami sifat besar Allah SWT hendaknya kita
selalu berhati-hati dalam berbuat. Mungkin kita bisa berbohong kepada manusia,
seperti orang tua, guru, atau teman. Akan tetapi kita tidak akan bisa berbohong
kepada Allah SWT.
Oleh karena
itu , berbuat baiklah supaya kita tidak perlu cemas jika kita harus
mempertanggung jawabkannya kelak di akhirat.|
13. Kalam ( Berbicara /
Berfirman )
Allah SWT
bersifat kalam artinya Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang diturunkan
kepada para nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah SWT tentu tidak sama dengan
pembicaraan manusia karena Allah SWT tidak berorgan (panca indra), seperti
lidah dan mulut yang dimiliki oleh manusia.
Allah SWT
berbicara tanpa menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun sebab sifat kalam
Allah SWT sangat sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya wahyu Allah SWT berupa al
qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab Allah yang
diturunkan kepada para rasul sebelum Nabi Muhammad SAW.
Sifat
mustahi-Nya adalah : Bukmun, artinya Bisu.
Allah SWT
mustahil bersifat bisu. Seandainya Allah SWT bersifat bisu mana mungkin para
utusan-Nya bisa mengerti maksud wahyu yang diturunkan kepada tersebut, baik
dalam bentuk perintah maupun larangan.
Padahal
kenyataannya semua itu tidak mungkin terjadi. Firman Allah SWT
”……. Dan Allah berkata kepada Musa dengan
satu perkataan yang jelas”
(QS AnNisa’ :164)
Oleh karena
itu kita sebagai hamba Allah SWT hendaknya membiasakan diri mengucapkan
kalimat-kalimat tayyibah, artinya kata-kata yang mulia, seperti ketika kita
berbuat salah, maka segeralah membaca istighfar.
Apabila kita
menerima nikmat, maka segeralah mengucapkan hamdalah. Selain itu, kita juga
harus membiasakan diri bertutur kata yang lemah lembut dan sopan santun dengan
sesama manusia.|
14. Kaunuhu Qadirun
Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan
Mentiadakan.
Hakikatnya
iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala ,
tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada
sifat Qudrat.Sifat Allah ini berarti Allah adalah Dzat yang Maha Berkuasa.
Allah tidak lemah, Ia berkuasa penuh atas seluruh
makhluk dan ciptaanNya.
“Sesungguhnya Alllah
berkuasa atas segala sesuatu“
(QS. Al Baqarah :20).
15. Kaunuhu Muridun
Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan
tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya
iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala ,
tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada
sifat Iradat.Allah memiliki sifat Muridun, yaitu sebagai Dzat Yang Maha
Berkehendak.
.
Ia berkehendak atas nasib dan takdir manusia.
“Sesungguhnya Tuhanmu
Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki“ … (QS. Hud :107)|
16. Kaunuhu ‘Alimun
Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap
sesuatu.
Hakikatnya
iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala , tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , iaitu lain daripada sifat Al-Ilmu.
Sifat Allah ‘Alimun, yaitu Dzat Yang Maha Mengetahui.
Allah mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi.
Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia.
“Dan Alllah Maha
Mengetahui sesuatu“ … (QS. An Nisa’ :176)
|17. Kaunuhu Hayyun
Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup.
Hakikatnya
iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , iaitu lain daripada sifat Hayat.
Allah adalah Dzat Yang Hidup.
Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur
ataupun lengah.
“Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup
kekal dan yang tidak mati“
(QS. Al Furqon :58)|
18. Kaunuhu Sami’un
Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar akan tiap-tiap
yang Maujud.
Hakikatnya
iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum, iaitu lain daripada sifat Sama’.
Allah adalah
Dzat Yang Maha Mendengar.
Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan
atau doa hambaNya.
“Allah Maha Mendengar dan
Maha Mengetahui“ … (QS. Al Baqoroh :256).
19. Kaunuhu Basirun
Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang
Maujudat ( Benda yang ada ).
Hakikatnya
iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , iaitu lain daripada sifat Bashar.
Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat. Sifat Allah ini
tidak terbatas seperti halnya penglihatan manusia.
Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena
itu, hendaknya kita selalu berbuat baik.
“Dan Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan“ … (QS. Al Hujurat :18)|
20. Kaunuhu Mutakallimun
Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata.
Hakikatnya
iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , iaitu lain daripada sifat Qudrat.
Sifat Allah ini berarti Yang Berbicara. Allah tidak
bisu, Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat Al Quran.
Bila Al Quran menjadi pedoman hidup kita, maka kita
telah patuh dan tunduk terhadap Allah swt.
| Damin
Kecilamass
Cibubur Ps Rebo