KISAH BATU HAJAR ASWAD
Ismâ’il as mematuhi perintah ayahnya. Ia
pergi dari satu bukit ke bukit lain untuk mencari batu yang paling baik. Ketika
sedang mencari, malaikat Jibril datang pada Ismâ’il as dan memberinya sebuah
batu yang cantik. Dengan senang hati ia menerima batu itu dan segera membawa
batu itu untuk diberikan pada ayahnya. Ibrâhim as pun gembira dan mencium batu
itu beberapa kali.
Kemudian Ibrâhim as bertanya pada
putranya, “Dari mana kamu peroleh batu ini?” Ismâ’il as menjawab, “Batu ini aku
dapat dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu.” Ibrâhim as mencium batu
itu lagi dan diikuti juga oleh Ismâ’il as.
Begitulah, sampai saat ini banyak yang
berharap bisa mencium batu yang dinamai Hajar Aswad itu. Umar bin Khathab
pernah menyampaikan bahwa Rasulullah saw sendiri pernah menciumnya. Saat Umar
bin Khaththab berada di hadapan Hajar Aswad dan menciumnya ia berkata, “Demi
Allah, aku tahu bahwa engkau hanyalah sebongkah batu. Seandainya aku tidak
melihat Rasulullah Saw menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.” [Hadits no
228 Kitab Sahih Muslim].
Karena sangat bersejarahnya, ada juga
orang yang ingin mencuri Hajar Aswad. Di akhir bulan Muharram 1351 H, datanglah
seorang laki-laki ke Ka’bah. Ia mencungkil Hajar Aswad, mencuri potongan kain
Kiswah, dan membawa sepotong perak dari tangga Ka’bah. Untunglah, penjaga
masjid mengetahuinya, laki-laki itu pun ditangkap dan dihukum. Tanggal 28
Rabi’ul Akhir tahun yang sama, dilakukan penempelan kembali bongkahan batu itu
ke tempat asalnya.
Sebelumnya perekatan itu, dilakukan
penelitian oleh para ahli mengenai bahan perekat yang digunakan. Akhirnya
ditemukan perekat berupa bahan kimia yang dicampur dengan minyak misik dan
ambar. « [imam]
Banyak informasi keliru yang diterima
oleh kalangan non Muslim tentang Hajar Aswad (Batu Hitam). Bahwa mereka mengira
umat Islam menyembah Hajar Aswad yang ada di Mekah (Ka’bah).
Hajar Aswad yang menempel di sudut Ka’bah
merupakan tanda dimana arah Thawaf dimulai dan berakhir. Thawaf yaitu kegiatan
mengelilingi Ka’bah. Jadi awal Thawaf dimulai dan berakhir dari arah Hajar
Aswad .
Jadi tak ada yang istimewa dari Hajar
Aswad. Jika ada hadits yang menceritakan Nabi pernah Mencium Hajar Aswad, ini
pun tak menjadikan Hajar Aswad sebagai barang keramat. Karena jika menjadi
barang keramat dan wajib mencium, berapa waktu antrian yang dibutuhkan oleh
hampir 2 jutaan jemaah haji. Belum lagi jika pada terinjak-injak jika
berebutan.
Potongan batu hajar azwad bisa kita
jumpai (selain di Makkah,kabah ), juga di jumpai di :
1.Potongan Hajar Aswad Makam Sulaiman di
Masjid Sulaiman.
2.Potongan Hajar Aswad di Masjid Biru
(Masjid Sultan Ahmed)
3.Potongan Hajar Aswad di Masjid Sokullu
Mehmet Pasa Camii.
sumber: http://www.facebook.com/photo.php?fbid=1662136565698&set=a.1662132125587.84850.1605733209
Hadist Dan Riwayat Yang Tentang Hajar
Aswad
Hajar Aswad adalah “batu hitam”yang
terletak di sudut sebelah Tenggara Ka’bah, yaitu sudut darimana Tawaf dimulai.
Hajar Aswad merupakan jenis batu ‘RUBY’ yang diturunkan Allah dari surga
melalui malaikat Jibril.
Hajar Aswad terdiri dari delapan keping
yang terkumpul dan diikat dengan lingkaran perak. Batu hitam itu sudah licin
karena terus menerus di kecup, dicium dan diusap-usap oleh jutaan bahkan
milyaran manusia sejak Nabi Adam, yaitu jamaah yang datang ke Baitullah, baik
untuk haji maupun untuk tujuan Umrah. Harap dicatat bahwa panggilan Haji telah
berlangsung sejak lama yaitu sejak Nabi Adam AS. Bahkan masyarakat Jahilliah
yang musyrik dan menyembah berhala pun masih secara setia melayani jemaah haji
yang datang tiap tahun dari berbagai belahan dunia.
Nenek moyang Rasulullah, termasuk
kakeknya Abdul Muthalib adalah para ahli waris dan pengurus Ka’bah. Atau secara
spesifik adalah penanggung jawab air zamzam yang selalu menjadi primadona dan
incaran para jemaah haji dan para penziarah. Hadist Sahih riwayat Tarmizi dan
Abdullah bin Amir bin Ash mengatakan bahwa Rasul SAW bersabda :
Satu riwayat Sahih lainnya menyatakan:
“ Rukun (HajarAswad) dan makam
(Batu/Makam Ibrahim) berasal dari batu-batu ruby surga yang kalau tidak karena
sentuhan dosa-dosa manusia akan dapat menyinari antara timur dan barat. Setiap
orang sakit yang memegangnya akan sembuh dari sakitnya”
Hadist Sahih riwayat Imam Baihaqie dan
Ibnu ‘Abas RA, bahwa Rasul SAW bersabda:
“Allah akan membangkitkan Al-Hajar (Hajar
Aswad) pada hari kiamat. Ia dapat melihat dan dapat berkata. Ia akan menjadi
saksi terhadap orang yang pernah memegangnya dengan ikhlas dan benar”.
Hadis Siti Aisyah RA mengatakan bahwa
Rasul SAW bersabda:
“Nikmatilah (peganglah) Hajar Aswad ini
sebelum diangkat (dari bumi). Ia berasal dari surga dan setiap sesuatu yang
keluar dari surga akan kembali ke surga sebelum kiamat”.
Berdasarkan bunyi Hadist itulah antara
lain maka setiap jamaah haji baik yang mengerti maupun tidak mengerti akan
senantiasa menjadikan Hajar Aswad sebagai ‘target’ berburu …. saya harus
menciumnya. Mencium Hajar Aswad!!!.
Tapi apa bisa? Dua juta jemaah, datang
dimusim haji secara bersamaan dan antri untuk keperluan dan target yang sama.
Begitu padatnya, maka anda harus rela dan ikhlas untuk hanya bisa memberii
‘kecupan’ jarak jauh sembari melafaskan basmalah dan takbir: Bismillah Wallahu
Akbar.
Hadis tersebut mengatakan bahwa
disunatkan membaca do’a ketika hendak istilam (mengusap) atau melambainya pada
permulaan thawaf atau pada setiap putaran, sebagai mana, diriwayatkan oleh Ibnu
Umar RA. Artinya:
“Bahwa Nabi Muhammad SAW datang ke Ka’bah
lalu diusapnya Hajar Aswad sambil membaca Bismillah Wallahu Akbar”.
Dari Humaid ibn Abi Sawiyyah ra, bahwa ia
pernah mendengar bahwa Ibn Hisyam pernah bertanya kepada Atho ibn Abi Ribbah ra
(seorang tabi’in) ketika Atho sedang tawaf di Baitullah. Atho kemudian
meriwayatkan bahwa Abu Hurairah ra mengatakan, “ Bahwasannya Nabi Saw pernah
bersabda, “Bahwa di sekitar Hajar Aswad ada 70 malaikat dan jika seseorang
(yang sedang tawaf) berdoa,” Ya Allah, aku minta ampunan dan keselamatan di
dunia dan akhirat, Ya Allah berilah aku kebaikan di dunia dan akhirat dan
jauhkan aku dari siksa api neraka.” Maka para melaikat itu akan meng aminkan
nya.” Ketika sampai di Hajar Aswad, Ibn Hisyam bertanya kembali, “ Ya Aba
Muhammad, apa yang kau ketahui tentang Hajar Aswad ini? Atho menjawab, bahwa Abu
Hurairah pernah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw
mengatakan,” Barangsiapa yang menyetuhnya, maka sebenarnya ia menyentuh tangan
ar-Rohman (tangan Allah).” ( HR. Ibnu Majah. Al-Mundziri mengatakan bahwa
hadist ini di Hasankan oleh sebagaian ulama hadist)
Dari Abdullah Ibn Umar bahwasanya
Rasulullah Saw pernah bersabda, “ Di hari kiamat kelak, akan datang rukun
(Hajar Aswad) dalam bentuk yang lebih besar dari gunung Abi Qubaisy. Ia
memiliki dua bibir kemudian menceritakan siapa saja yang pernah menyetuhnya
dengan niat (karena Allah semata). Ia (Hajar Aswad) adalah Yaminullah (tangan
kanan Allah) yang disentuh oleh para hamba-hamba Nya.” (HR. Khuzaimah.
Adz-Dzahabi melemahakan hadist ini karena ada seorang rawi, yaitu Abdullah Ibn
Muamil yang dianggap lemah. Al-Baihaqi pun melemahkan hadist ini. Namun tentang
kelemahan Abdullah Ibn Muamil ini ditentang oleh pakar hadist lainnya karena
Ibn Hibban menganggap nya seorang tsiqot (bisa dipercaya). Begitu pula
pandangan Ibn Hajar yang menyebutkan bahwa meskipun rowi termasuk yang suka
menafsirkan hadist, namun jika ada hadist lain yang menguatkannya maka hadist
ini termasuk hadist Hasan sebagaimana pandangan Imam Tirmidzi.” Dengan demikian
hadist diatas tidak termasuk hadist dhoif karena ada hadist yang menguatkan
hadist ini, yaitu dari riwayat Humaid Ibn Abi Sawiyyah (hadist pertama diatas)
“Rukun itu (Hajar Aswad) dan Maqam
(tempat berpijak Nabi Ibrahim) adalah batu Yaqut dari bebatuan surga. Dan jika
tidak disentuh (oleh) dosa-dosa manusia, maka pastilah akan terang dunia ini
(karena cahaya Hajar Aswad). Dan orang sakit yang menyetuhnya pastilah akann
sembuh.” (HR. Baihaqi. Imam Nawawi dalam al-Majmu mengatakan bahwa sanad nya
Sahih)
“نزل الحجر الأسود من الجنة وهو أشد بياضًا من اللبن فسوَّدته خطايا بني آدم”
“Al-Hajar Al-Aswad turun dari surga,
warnanya lebih putih dari susu lalu dosa-dosa anak Adam lah yang menjadkannya
berwarna hitam” [HR.At-Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah dengan lafadh “lebih putih dari
salju”]
‘Umar bin Al-Khaththab berkata:
إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ
“Sungguh aku mengetahui bahwa kamu
hanyalah batu yang tidak bisa mendatangkan madharat maupun manfa’at. Namun
kalau bukan karena aku telah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
menciummu tentu aku tidak akan menciummu”.
Di salah satu museum Inggris, terdapat 3
buah bongkahan batu tersebut, para peneliti mengatakan bahwa “ batu tersebut
bukan dari system tata surya kita”, batu tersebut mengapung di atas air.
Lanjutannya dikisahkan bahwa batu hitam
tersebut pernah terkubur pasir selama beberapa waktu.
RIWAYATNYA
Dalam riwayat lanjutannya bahwa batu
hitam tersebut pernah terkubur pasir selama beberapa lama dan
secara ajaib ditemukan kembali oleh Nabi Ismail AS ketika ia berusaha
mendapatkan batu tambahan untuk menutupi dinding Ka’bah yang masih sedikit
kurang. Batu yang ditemukan inilah rupanya yang sedang dicari oleh Nabi Ibrahim
AS, yang serta merta sangat gembira dan tak henti-hantinya menciumi batu
tersebut. Bahkan, ketika sudah tiba dekat ka’bah, batu itu tak segera diletakan
di tempatnya. Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS menggotong batu itu sambil memutari
Ka’bah tujuh putaran.
DIANGKUT DENGAN SORBAN MUHAMMAD
Diantara peristiwa penting yang berkenaan
dengan batu ini adalah yang terjadi pada tahun 16 sebelum Hijrah (606 M) yaitu
ketika suku Quraisy melakukan pemugaran Ka’bah. Pada saat itu hampir saja
terjadi pertumpahan darah yang hebat karena sudah lima hari lima malam mereka
dalam situasi gawat, karena keempat kabilah dalam suku Quraisy itu terus
bersitegang ngotot pada pendapat dan kehendak masing-masing siapa yang
mengangkat dan meletakkan kembali batu ini ketempat semula karena
pemugaran Ka’bah sudah selesai.
Akhirnya muncul usul dari Abu Umayyah bin
Mughirah Al-Mukhzumi yang mengatakan
”Alangkah baiknya kalau keputusan ini
kita serahkan kepada orang yang pertama kali masuk masjid pada hari ini.”
Pendapat sesepuh Quraisy Abu Umayyah ini
disepakati. Dan ternyata orang pertama masuk pada hari itu adalah Muhammad bin
Abdullah yang waktu itu masih berusia 35 tahun. Menjadi rahasia umum pada masa
itu bahwa akhlak dan budi pekerti Muhammad telah terkenal jujur dan bersih
sehingga dijuluki Al-Amin (orang yang terpercaya).
Muhammad muda yang organ tubuhnya yaitu
HATI-nya pernah dibersihkan lewat operasi oleh Malaikat, memang sudah dikenal
luas tidak pernah bohong dan tidak pernah ingkar janji. Lalu apa jawaban dan
tindakan Muhammad terhadap usul itu?
Muhammad menuju tempat pernyimpanan Hajar
Aswad itu lalu membentangkan sorbannya dan meletakkan batu mulia itu
ditengah-tengah sorban kemudian meminta satu orang wakil dari
masing-masing kabilah yang sedang bertengkar untuk memegang sudut sorban itu
dan bersama-sama menggotongnya kesudut dimana batu itu hendak diletakkan.
Supaya adil, Muhammad pulalah yang memasang batu itu ketempat semula.
RAHASIA HAJAR AL-ASWAD
Kita semua tahu bahwa Hajar Aswad
hanyalah batu yang tidak memberikan mudorat atau manfaat, begitu juga dengan
Ka’bah, ia hanyalah bangunan yang terbuat dari batu. Akan tetapi apa yang kita
lakukan dalam prosesi ibadah haji tersebut adalah sekedar mengikuti ajaran dan
sunnah Nabi SAW. Jadi apa yang kita lakukan bukanlah menyembah Batu, dan tidak
juga menyembah Ka’bah.
Umar bin Khatab berkata “Aku tahu bahwa
kau hanyalah batu, kalaulah bukan karena aku melihat kekasihku Nabi SAW
menciummu dan menyentuhmu, maka aku tidak akan menyentuhmu atau menciummu”
Allah memerintahkan kita untuk Thawaf mengelilingi
Ka’bah dan Dia pula yang telah memerintahkan untuk mencium Hajar Aswad.
Rasulullah juga melakukan itu semua, dan tentu saja apa yang dilakukan oleh
beliau pastilah berasal dari Allah, sebagaimana yang terdapat dalam firmanNya :
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya
itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (QS. An-Najm : 53 ) “.
Hajar Aswad berasal dari surga. Batu ini
pula yang menjadi fondasi pertama bangunan Ka’bah, dan ia menghitam akibat
banyaknya dosa manusia yang melekat disana pada saat mereka melakukan
pertaubatan. Tidakkah orang yang beriman merasa malu, jika hati mereka
menghitam akibat dosa yang telah dilakukan. Rasulullah bersabda “Ketika Hajar
Aswad turun, keadaannya masih putih, lebih putih dari susu, lalu ia menjadi
hitam akibat dosa-dosa anak Adam (HR Tirmidzi).
sumber artikel : At-tiin Tour
Periode Yang Dilalui
1850-1820 SM: Nabi Ibrahim meletakkan
Hajar Aswad di Ka’bah, ketika membangun Ka’bah.
400 M: Amr bin Harits bin Madhadh al-Jurhum
memasukkan ke dalam sumur Zamzam.
400 M: Qushay bin Kilab (kakek Rasul SAW
yang kelima) meletakkan kembali ke tempatnya di Ka’bah.
606 M, terjadi kerusakan pada Ka’bah
akibat banjir, dan Nabi Saw (Nabi saat itu belum diangkat menjadi Nabi) meletakan
di tempat yang ada sekarang setelah terjadi perdebatan antarkabilah Quraisy.
180-an H, Abdullah bin Zubair memasang
lingkaran pita perak di sekeliling Hajar Aswad.
7 Zulhijah 317 H: Abu Tahir Al Qarmuthi
mencopot Hajar Aswad.
10 Dzulhijjah 339 H, Hajar Aswad berhasil
dikembalikan ke tempatnya.
363 H, Hajar Aswad dipukul oleh seorang
laki-laki dari Romawi, namtm ia tidak berhasil membawanya.
413 H, seorang laki-laki dari Bani
Fatimiyyah, memecahkan Hajar Aswad.
990 H, seorang laki-laki asing memukul
Hajar Aswad.
1268 H, Sultan Abdul Majid mengganti
lingkaran perak dengan emas.
1293 H, Sultan Abdul Aziz mengganti
lingkaran emas dengan perak.
Muharram 1351 H, seorang laki-laki dari
Afghanistan mencungkil pecahan Hajar Aswad dan mencuri potongan kain Kiswah
Ka’bah.
28 Rabiul Akhir 1351 H, Raja Abdul Aziz
bin Abdur Rahman As-Saud merekatkan kembali Hajar Aswad yang telah pe cah dan
memberinya lingkaran perak di sekelilingnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar