Ikhlas adalah ketrampilan yang dimiliki hati untuk berserah diri, baik harapan, keinginan maupun kekhawatiran hanya kepada Tuhan. Ikhlas seringkali ditujukan untuk orang-orang dalam kondisi tertentu, misalnya orang yang tengah ditimpa musibah, miskin, terpojok atau bahkan menjelang ajal. Padahal sebenarnya tidak. Mereka yang sudah mapan sekalipun, harus terus mengasah hati agar selalu berada di zona ikhlas.
Mengapa demikian?
Karena ikhlas adalah kemampuan tertinggi manusia yang diberikan oleh Tuhan. Hanya manusia yang diberikan kelebihan untuk memiliki rasa ini. Ikhlas juga bukan berarti kita harus melepaskan semua keinginan dalam hidup. Kita bisa tetap mengejar mimpi-mimpi kita, namun jika kita menjalaninya dengan ikhlas, maka di dalam hati akan timbul rasa syukur, sabar, fokus dan tenang selama kita menuju proses yang diinginkan. Di dalam keikhlasan kita akan sepenuhnya menyerahkan semua ‘keputusan akhir’ hanya kepada Tuhan, setelah beragam upaya kita lakukan.
Ikhlas tidak sama dengan pasrah.
Bila konotasi pasrah cenderung menyerahkan semua persoalan pada takdir tanpa melakukan beragam upaya, maka ikhlas adalah sebuah kondisi dimana manusia sudah melakukan berbagai upaya, namun mengembalikan semua hasilnya pada Tuhan sebagai penentu takdir kita.
Menurut Erbe Sentanu (penulis buku Quantum Ikhlas, Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati), manusia seharusnya amat bersyukur karena diberi instrumen navigasi luar biasa oleh Tuhan berupa perasaan di hatinya. Perasaan ini terbagi dua yaitu perasaan negatif antara lain berupa : nafsu, rasa cemas, takut dan amarah. Serta perasaan positif yang terkait erat dengan rasa syukur, kebahagiaan serta keikhlasan. Energi yang menyelimuti zona ikhlas adalah perasaan positif yang berenergi tinggi. Ketika kita ikhlas, kita akan merasa penuh tenaga. Sebaliknya, ketika kita tidak ikhlas, kita akan merasa resah, kacau dan tidak bahagia.
Zona ikhlas ini adalah zona dimana perasaan kita selalu merasa enak (positive feeling). Oleh sebab itu, kita harus terus berupaya agar sesering mungkin mengakses perasaan tersebut, karena sebenarnya kenyamanan kita menjalani hidup tergantung dari seberapa sering perasaan itu kita miliki.
Masalah yang dihadapi para ibu rumah tangga saat ini adalah masalah-masalah sederhana yang tanpa sengaja dibuat menjadi sangat rumit. Karier suami yang biasa-biasa, pendidikan anak yang semakin mahal, prestasi mereka yang mengkhawatirkan, kebutuhan rumah tangga yang tak ada habisnya, adalah sebagian dari permasalahan alami yang dibuat menjadi sangat pelik. Padahal sesungguhnya akumulasi dari semua keluhan dan perasaan negatif itu adalah ketidakpuasan atau ketidakbahagiaan.
Bahkan di titik inilah manusia akan mulai membanding-bandingkan. Tanpa disadari, perasaan positif yang seharusnya kita miliki, akan berganti dengan berbagai perasaan negatif yang tadinya ingin kita hindari. Oleh sebab itu, manusia harus senantiasa mengasah hati agar bisa sesering mungkin berada di zona ikhlas ini dengan cara : tidak ingin selalu dipuji, terus menerus memamerkan eksistensi diri, serta sedapat mungkin menghindari orang-orang yang dipenuhi rasa takut, marah, mudah mengeluh serta berputus asa.
Disinilah gunanya kita memiliki rasa ikhlas.
Banyak manusia meyakini bahwa menjalani hidup itu sama dengan berjuang keras tanpa batas, bahkan kalau perlu sampai titik darah penghabisan. Padahal sesungguhnya tidak. Tuntunan agama menjanjikan berbagai kemudahan bila dalam ikhtiarnya itu manusia selalu bersyukur, menikmati prosesnya dan menyerahkan hasil akhir dari sebuah usaha hanya kepada Tuhan.
Inilah pengertian ikhlas yang sebenarnya.
Kemudian, bagaimana cara kita merawat rasa ikhlas?
1. Memberi maaf kepada orang lain dan diri sendiri, serta memohon ampun kepada Tuhan atas kekhilafan yang telah kita lakukan.
2. Memelihara rasa percaya diri serta membiasakan untuk memberi pujian pada orang lain di saat-saat yang memang tepat.
3. Bergaul dengan orang-orang yang berada di zona ikhlas yaitu orang yang penuh syukur, sabar, fokus, tenang dan bahagia.
Tiga cara tersebut hanyalah sebagian kecil cara kita untuk memelihara rasa ikhlas. Tentu masih banyak cara lain yang lebih mudah diterapkan bila memang nurani kita menginginkan.
Sesungguhnya sebesar apapun permasalahan, akan lebih mudah dihadapi bila kita senantiasa melantunkan kalimat syukur. Hidup dalam rasa syukur itulah ‘jalan pintas’ menuju kebahagiaan. Kelak, rasa syukur ini yang akan menimbulkan keikhlasan dan menciptakan banyak kemudahan.
Benswasis
Kecilamass
Pekayon,Pasar Rebo,
Cibubur, Jakarta Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar