Selasa, 23 Juli 2013

RASA SYUKUR DAN SABAR



Rahasia Syukur, Sabar, dan Istighfar

Dalam mukaddimah kitab Al Waabilush Shayyib, Imam Ibnul Qayyim mengulas tiga hal di atas dengan sangat mengagumkan. Beliau mengatakan bahwa kehidupan manusia berputar pada tiga poros: Syukur, Sabar, dan Istighfar. Seseorang takkan lepas dari salah satu dari tiga keadaan:
1- Ia mendapat curahan nikmat yang tak terhingga dari Allah, dan inilah mengharuskannya untuk bersyukur. Syukur memiliki tiga rukun, yang bila ketiganya diamalkan, berarti seorang hamba dianggap telah mewujudkan hakikat syukur tersebut, meski kuantitasnya masih jauh dari ‘cukup’. Ketiga rukun tersebut adalah:
  1. Mengakui dalam hati bahwa nikmat tersebut dari Allah.
  2. Mengucapkannya dengan lisan.
  3. Menggunakan kenikmatan tersebut untuk menggapai ridha Allah, karena Dia-lah yang memberikannya.
Inilah rukun-rukun syukur yang mesti dipenuhi
2- Atau, boleh jadi Allah mengujinya dengan berbagai ujian, dan kewajiban hamba saat itu ialah bersabar. Definisi sabar itu sendiri meliputi tiga hal:
  1. Menahan hati dari perasaan marah, kesal, dan dongkol terhadap ketentuan Allah.
  2. Menahan lisan dari berkeluh kesah dan menggerutu akan takdir Allah.
  3. Menahan anggota badan dari bermaksiat seperti menampar wajah, menyobek pakaian, (atau membanting pintu, piring) dan perbuatan lain yang menunjukkan sikap ‘tidak terima’ terhadap keputusan Allah.
Perlu kita pahami bahwa Allah menguji hamba-Nya bukan karena Dia ingin membinasakan si hamba, namun untuk mengetes sejauh mana penghambaan kita terhadap-Nya. Kalaulah Allah mewajibkan sejumlah peribadatan (yaitu hal-hal yang menjadikan kita sebagai abdi/budak-nya Allah) saat kita dalam kondisi lapang; maka Allah juga mewajibkan sejumlah peribadatan kala kita dalam kondisi sempit.
Banyak orang yang ringan untuk melakukan peribadatan tipe pertama, karena biasanya hal tersebut selaras dengan keinginannya. Akan tetapi yang lebih penting dan utama adalah peribadatan tipe kedua, yang sering kali tidak selaras dengan keinginan yang bersangkutan.
Ibnul Qayyim lantas mencontohkan bahwa berwudhu di musim panas menggunakan air dingin; mempergauli isteri cantik yang dicintai, memberi nafkah kepada anak-isteri saat banyak duit; adalah ibadah. Demikian pula berwudhu dengan sempurna dengan air dingin di musim dingin dan menafkahi anak-isteri saat kondisi ekonomi terjepit, juga termasuk ibadah; tapi nilainya begitu jauh antara ibadah tipe pertama dengan ibadah tipe kedua. Yang kedua jauh lebih bernilai dibandingkan yang pertama, karena itulah ibadah yang sesungguhnya, yang membuktikan penghambaan seorang hamba kepada Khaliqnya.
Oleh sebab itu, Allah berjanji akan mencukupi hamba-hamba-Nya, sebagaimana firman Allah,
أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ
Bukankah Allah-lah yang mencukupi (segala kebutuhan) hamba-Nya?” (QS. Az Zumar: 36).
Tingkat kecukupan tersebut tentulah berbanding lurus dengan tingkat penghambaan masing-masing hamba. Makin tinggi ia memperbudak dirinya demi kesenangan Allah yang konsekuensinya harus mengorbankan kesenangan pribadinya, maka makin tinggi pula kadar pencukupan yang Allah berikan kepadanya. Akibatnya, sang hamba akan senantiasa dicukupi oleh Allah dan termasuk dalam golongan yang Allah sebutkan dalam firman-Nya:
إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلًا
(Sesungguhnya, engkau (Iblis) tidak memiliki kekuasaan atas hamba-hamba-Ku, dan cukuplah Rabb-mu (Hai Muhammad) sebagai wakil (penolong)” (QS. Al Isra’: 65).
Hamba-hamba yang dimaksud dalam ayat ini adalah hamba yang mendapatkan pencukupan dari Allah dalam ayat sebelumnya, yaitu mereka yang benar-benar menghambakan dirinya kepada Allah, baik dalam kondisi menyenangkan maupun menyusahkan. Inilah hamba-hamba yang terjaga dari gangguan syaithan, alias syaithan tidak bisa menguasai mereka dan menyeret mereka kepada makarnya, kecuali saat hamba tersebut lengah saja.
Sebab bagaimana pun juga, setiap manusia tidak akan bebas 100% dari gangguan syaithan selama dia adalah manusia. Ia pasti akan termakan bisikan syaithan suatu ketika. Namun bedanya, orang yang benar-benar merealisasikan ‘ubudiyyah (peribadatan) kepada Allah hanya akan terganggu oleh syaithan di saat dirinya lengah saja, yakni saat dirinya tidak bisa menolak gangguan tersebut… saat itulah dia termakan hasutan syaithan dan melakukan pelanggaran.
dengan demikian, ia akan beralih ke kondisi berikutnya:
3- Yaitu begitu ia melakukan dosa, segera lah ia memohon ampun (beristighfar) kepada Allah. Ini merupakan solusi luar biasa saat seorang hamba terjerumus dalam dosa. Bila ia hamba yang bertakwa, ia akan selalu terbayang oleh dosanya, hingga dosa yang dilakukan tadi justeru berdampak positif terhadapnya di kemudian hari. Ibnul Qayyim lantas menukil ucapan Syaikhul Islam Abu Isma’il Al Harawi yang mengatakan bahwa konon para salaf mengatakan: “Seseorang mungkin melakukan suatu dosa, yang karenanya ia masuk Jannah; dan ia mungkin melakukan ketaatan, yang karenanya ia masuk Neraka”. Bagaimana kok begitu? Bila Allah menghendaki kebaikan atas seseorang, Allah akan menjadikannya terjerumus dalam suatu dosa (padahal sebelumnya ia seorang yang shalih dan gemar beramal shalih). Dosa tersebut akan selalu terbayang di depan matanya, mengusik jiwanya, mengganggu tidurnya dan membuatnya selalu gelisah. Ia takut bahwa semua keshalihannya tadi akan sia-sia karena dosa tersebut, hingga dengan demikian ia menjadi takluk di hadapan Allah, takut kepada-Nya, mengharap rahmat dan maghfirah-Nya, serta bertaubat kepada-Nya. Nah, akibat dosa yang satu tadi, ia terhindar dari penyakit ‘ujub (kagum) terhadap keshalihannya selama ini, yang boleh jadi akan membinasakan dirinya, dan tersebab itulah ia akan masuk Jannah.
Namun sebaliknya orang yang melakukan suatu amalan besar, ia bisa jadi akan celaka akibat amalnya tersebut. Yakni bila ia merasa kagum dengan dirinya yang bisa beramal ‘shalih’ seperti itu. Nah, kekaguman ini akan membatalkan amalnya dan menjadikannya ‘lupa diri’. Maka bila Allah tidak mengujinya dengan suatu dosa yang mendorongnya untuk taubat, niscaya orang ini akan celaka dan masuk Neraka.
Demikian kurang lebih penuturan beliau dalam mukaddimah kitab tadi, semoga kita terinspirasi dengan tulisan yang bersahaja ini.

Dari artikel 'Rahasia Syukur, Sabar, dan Istighfar



                                                                                                                           Benswasis Kecilamass
                                                                                                      Pekayon,Pasar Rebo, Cibubur, Jakarta Timur

Ikhlas



Ikhlas adalah ketrampilan yang dimiliki hati untuk berserah diri, baik harapan, keinginan maupun kekhawatiran hanya kepada Tuhan. Ikhlas seringkali ditujukan untuk orang-orang dalam kondisi tertentu, misalnya orang yang tengah ditimpa musibah, miskin, terpojok atau bahkan menjelang ajal. Padahal sebenarnya tidak. Mereka yang sudah mapan sekalipun, harus terus mengasah hati agar selalu berada di zona ikhlas.
Mengapa demikian?
Karena ikhlas adalah kemampuan tertinggi manusia yang diberikan oleh Tuhan. Hanya manusia yang diberikan kelebihan untuk memiliki rasa ini. Ikhlas juga bukan berarti kita harus melepaskan semua keinginan dalam hidup. Kita bisa tetap mengejar mimpi-mimpi kita, namun jika kita menjalaninya dengan ikhlas, maka di dalam hati akan timbul rasa syukur, sabar, fokus dan tenang selama kita menuju proses yang diinginkan. Di dalam keikhlasan kita akan sepenuhnya menyerahkan semua ‘keputusan akhir’ hanya kepada Tuhan, setelah beragam upaya kita lakukan.
Ikhlas tidak sama dengan pasrah.
Bila konotasi pasrah cenderung menyerahkan semua persoalan pada takdir tanpa melakukan beragam upaya, maka ikhlas adalah sebuah kondisi dimana manusia sudah melakukan berbagai upaya, namun mengembalikan semua hasilnya pada Tuhan sebagai penentu takdir kita.
Menurut Erbe Sentanu (penulis buku Quantum Ikhlas, Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati), manusia seharusnya amat bersyukur karena diberi instrumen navigasi luar biasa oleh Tuhan berupa perasaan di hatinya. Perasaan ini terbagi dua yaitu perasaan negatif antara lain berupa : nafsu, rasa cemas, takut dan amarah. Serta perasaan positif yang terkait erat dengan rasa syukur, kebahagiaan serta keikhlasan. Energi yang menyelimuti zona ikhlas adalah perasaan positif yang berenergi tinggi. Ketika kita ikhlas, kita akan merasa penuh tenaga. Sebaliknya, ketika kita tidak ikhlas, kita akan merasa resah, kacau dan tidak bahagia.
Zona ikhlas ini adalah zona dimana perasaan kita selalu merasa enak (positive feeling). Oleh sebab itu, kita harus terus berupaya agar sesering mungkin mengakses perasaan tersebut, karena sebenarnya kenyamanan kita menjalani hidup tergantung dari seberapa sering perasaan itu kita miliki.
Masalah yang dihadapi para ibu rumah tangga saat ini adalah masalah-masalah sederhana yang tanpa sengaja dibuat menjadi sangat rumit. Karier suami yang biasa-biasa, pendidikan anak yang semakin mahal, prestasi mereka yang mengkhawatirkan, kebutuhan rumah tangga yang tak ada habisnya, adalah sebagian dari permasalahan alami yang dibuat menjadi sangat pelik. Padahal sesungguhnya akumulasi dari semua keluhan dan perasaan negatif itu adalah ketidakpuasan atau ketidakbahagiaan.
Bahkan di titik inilah manusia akan mulai membanding-bandingkan. Tanpa disadari, perasaan positif yang seharusnya kita miliki, akan berganti dengan berbagai perasaan negatif yang tadinya ingin kita hindari. Oleh sebab itu, manusia harus senantiasa mengasah hati agar bisa sesering mungkin berada di zona ikhlas ini dengan cara : tidak ingin selalu dipuji, terus menerus memamerkan eksistensi diri, serta sedapat mungkin menghindari orang-orang yang dipenuhi rasa takut, marah, mudah mengeluh serta berputus asa.
Disinilah gunanya kita memiliki rasa ikhlas.
Banyak manusia meyakini bahwa menjalani hidup itu sama dengan berjuang keras tanpa batas, bahkan kalau perlu sampai titik darah penghabisan. Padahal sesungguhnya tidak. Tuntunan agama menjanjikan berbagai kemudahan bila dalam ikhtiarnya itu manusia selalu bersyukur, menikmati prosesnya dan menyerahkan hasil akhir dari sebuah usaha hanya kepada Tuhan.
Inilah pengertian ikhlas yang sebenarnya.
Kemudian, bagaimana cara kita merawat rasa ikhlas?
1. Memberi maaf kepada orang lain dan diri sendiri, serta memohon ampun kepada Tuhan atas kekhilafan yang telah kita lakukan.
2. Memelihara rasa percaya diri serta membiasakan untuk memberi pujian pada orang lain di saat-saat yang memang tepat.
3. Bergaul dengan orang-orang yang berada di zona ikhlas yaitu orang yang penuh syukur, sabar, fokus, tenang dan bahagia.
Tiga cara tersebut hanyalah sebagian kecil cara kita untuk memelihara rasa ikhlas. Tentu masih banyak cara lain yang lebih mudah diterapkan bila memang nurani kita menginginkan.
Sesungguhnya sebesar apapun permasalahan, akan lebih mudah dihadapi bila kita senantiasa melantunkan kalimat syukur. Hidup dalam rasa syukur itulah ‘jalan pintas’ menuju kebahagiaan. Kelak, rasa syukur ini yang akan menimbulkan keikhlasan dan menciptakan banyak kemudahan.

                                                                                                         Benswasis Kecilamass
                                                                                          Pekayon,Pasar Rebo, Cibubur, Jakarta Timur

Senin, 22 Juli 2013

Tasbih, Tahmid, Takbir, Tahlil, Istighfar, Dll (Zikir Agama Islam)



Arti Bacaan Tasbih, Tahmid, Takbir, Tahlil, Istighfar, Dll (Zikir Agama Islam)
Berikut di bawah ini adalah pengertian / arti definisi dari bacaan-bacaan zikir tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), takbir (Allahuakbar), tahlil (Laa ilaha Illallah), istighfar (Astaghfirullah hal adzim), dan lain sebagainya dalam ajaran agama Islam. Bacaan-bacaan di bawah ini ringan untuk dilakukan, akan tetapi berat timbangan amal yang kita dapatkan.
- Arti "Subhanallah" : artinya adalah "Maha Suci Allah" (Tasbih)
- Arti "Alhamdulillah" : artinya adalah "Segala Puji Bagi Allah" (Tahmid)
- Arti "Allahuakbar" : artinya adalah "Maha Besar Allah" (Takbir)
- Arti "Laa ilaha Illallah" : artinya adalah "Tiada Tuhan Selain Allah" (Tahlil)
- Arti "Audzubillah himinasyaitonirrajim" : artinya adalah "Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk"
- Arti "Naudzubillah himinasyaitonirrajim" : artinya adalah "Kami berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk"
- Arti "Astaghfirullah hal adzim" : artinya adalah "Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung" (Istighfar)
- Arti "Nastaghfirullah hal adzim" : artinya adalah "Kami mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung" (Istighfar Jamak)
Beberapa Arti Hadits Nabi Muhammad SAW Terkait Bacaan Zikir :
- “Barang siapa yang membaca: “Maha Suci Allah dan aku memuji-Nya”, dalam sehari seratus kali, maka kesalahannya akan dihapuskan sekalipun seperti buih air laut.”
- “Sungguh, apabila aku membaca: ‘Subhaanallah walhamdulillaah walaa ilaaha illallaah wallaahu akbar’. Adalah lebih ku cintai dari apa yang disinari oleh matahari terbit."
- “Apakah seseorang di antara kamu tidak mampu mendapatkan seribu kebaikan setiap hari?” Salah seorang di antara yang duduk bertanya: “Bagaimana mungkin di antara kita bisa memperoleh seribu kebaikan (dalam sehari)?” Rasulullah r bersabda: “Hendaklah dia membaca seratus tasbih, maka ditulis seribu kebaikan baginya atau dihapuskan darinya seribu keburukan.”
                                                                                                                            Benswasis Kecilamass
                                                                                                      Pekayon,Pasar Rebo, Cibubur, Jakarta Timur

A. Shalat qashar




A. Shalat qashar

adalah mengerjakan shalat fardhu dengan cara meringkas rakaatnya, dari 4 rakaat menjadi 2 rakaat, dengan syarat-syarat tertentu. Dengan demikian, shalat yang boleh di-qashar adalah shalat zhuhur, ashar dan Isya.

Shalat qashar ini boleh dilakukan oleh orang yang bepergian jauh (musafir) jika telah memenuhi 5 syarat berikut:

a. Perjalanan yang dilakukan bukan untuk maksiat.

b. Jarak perjalanannya minimal telah mencapai 16 farsakh (90 km).

c. Shalat yang diqashar adalah shalat adaa'an (bukan shalat qadha), yang rakaatnya ada 4.

d. Niat mengqashar (meringkas) berbarengan dengan takbiratul ihram.

e. Tidak mengikut kepada imam yang bukan musafir (mukim), atau imam yang melaksanakan shalat secara sempurna.

B. Shalat jamak

adalah mengerjakan shalat fardhu dengan cara mengumpulkan 2 shalat dalam satu waktu dengan syarat-syarat tertentu (dua shalat fardhu dikerjakan dalam satu waktu). Shalat jamak ini juga boleh dilakukan oleh orang yang melakukan perjalanan jauh (musafir) dengan syarat-syarat yang telah di sebutkan pada shalat qashar di atas.

Shalat fardhu yang boleh dijamak adalah :

a. Shalat zhuhur dengan ashar.

b. Shalat maghrib dengan isya.

Sedangkan Shalat fardhu yang tidak boleh dijamak adalah :

a. Shalat subuh.

b. Shalat ashar dengan shalat maghrib.

Dalam pelaksanaannya, shalat jamak dibagi menjadi 2, yaitu jamak taqdim dan jamak ta'khir.

a. Jamak taqdim

adalah mengumpulkan 2 shalat tetapi pelaksanaannya pada waktu shalat yang lebih dahulu. Misalnya, shalat zhuhur dan ashar dikerjakan pada waktu zhuhur, dan shalat maghrib dan isya dikerjakan pada waktu maghrib.

Syarat melaksanakan shalat jamak taqdim adalah:

1. Shalat yang pertama kali dikerjakan adalah shalat yang lebih dahulu waktunya (sesuai dengan urutan waktunya). Misalnya, shalat zhuhur dan ashar, jika dijamak taqdim, maka yang lebih dahulu harus dikerj akan adalah shalat zhuhur, setelah itu baru shalat ashar.

2. Niat jamak pada shalat yang pertama (shalat yang dikerjakan lebih dahulu), baik pada saat takbiratul ihram maupun di tengah-tengah shalat, asalkan belum salam.

3. Muwalat, yaitu berturut-turut. Artinya, antara shalat yang pertama dan yang kedua tak boleh diselingi perbuatan yang lain. Jadi setelah salam langsung iqamah, dan dilanjutkan dengan mengerjakan shalat kedua.

b. Jamak ta'khir

adalah mengumpulkan 2 shalat tetapi pelaksanaannya pada waktu shalat yang belakangan. Misalnya, shalat zhuhur dan ashar dikerjakan pada waktu ashar, dan shalat maghrib dan isya dikerjakan pada waktu isya.

Syarat melaksanakan shalat jamak ta'khir adalah :

1. Niat menjamak ta'khir pada waktu shalat yang pertama. Misalnya, jika waktu shalat zhuhur telah tiba, maka ia berniat akan melaksanakan shalat zhuhur tersebut nanti pada waktu ashar.

2. Pada saat datangnya waktu shalat yang kedua, ia masih dalam perjalanan. Misalnya, seseorang berniat akan melaksanakan shalat zhuhur pada waktu ashar. Ketika waktu ashar tiba ia masih berada dalam peijalanan.

Dalam jamak ta'khir, shalat yang dijamak boleh dikerjakan tidak menurut urutan waktunya. Misalnya shalat zhuhur dan ashar, boleh dikerjakan zhuhur dahulu atau ashar dahulu. Di samping itu antara shalat yang pertama dan yang kedua tak perlu berturut-turut (muwalat). Jadi boleh diselingi dengan perbuatan lain, misalnya shalat sunat rawatib.

C. Shalat jamak qashar

adalah mengerjakan shalat fardhu dengan cara mengumpulkan 2 shalat dalam satu waktu dan meringkas rakaatnya, dari 4 rakaat menjadi 2 rakaat dengan syarat-syarat tertentu (dua shalat fardhu dikerjakan dalam satu waktu)

Jika seseorang telah memenuhi syarat-syarat di atas, yaitu syarat qashar dan syarat jamak, maka boleh mengerjakan shalat qashar dan jamak tersebut sekaligus. Jadi mengumpulkan 2 shalat fardhu dalam satu waktu, sekaligus meringkasnya menjadi masing-masing 2 rakaat.

Cara melaksanakan shalat Shalat jamak qashar :

1.  Shalat Qashar-jamak taqdim: zhuhur dengan ashar.

a. Waktu pelaksanaannya pada waktu zhuhur.

b. Pertama, melaksanakan sahalat zhuhur 2 rakaat dengan niat



USHALLII FARDHAZH ZHUHRI RAK'ATAINI QASHRAN MAJMUU'AN ILAIHIL 'ASHRU ADAA'AN LILLAAHI TA'AALAA.

Artinya: (di dalam hati pada saat takbiratul ihram!)

"Aku (niat) shalat fardhu zhuhur 2 rakaat, qashar, dengan menjamak ashar kepadanya, karena Allah Ta'ala."

c. Setelah shalat zhuhur selesai, yaitu setelah salam,langsung dilanjutkan dengan iqamah.

d. Setelah iqamah langsung melaksanakan shalat ashar 2 rakaat, dengan niat:



USHALLII FARDHAL 'ASHRI RAK'ATAINI QASHRAN MAJMUU'AN ILAZH ZHUHRI ADAA'AN LILLAAHI TA'AALAA.

Artinya : (di dalam hati pada saat takbiratul ihram!)

"Aku (niat) shalatfardhuashar2 rakaat, qashar, dengan menjamaknya kepada zhuhur, karena Allah Ta'ala."

e. Setelah shalat ashar selesai, maka berarti pelaksanaan shalat qashar-jamak taqdim zhuhur dengan ashar ini pun selesai. Dan nanti, pada saat shalat ashar tiba, ia tak perlu melaksanakan shalat ashar lagi.

2.   Shalat Qashar-jamak taqdim: maghrib dengan isya.

a. Waktu pelaksanaannya pada waktu maghrib.

b. Pertama, melaksanakan shalat maghrib 3 rakaat (shalat maghrib tidak diqashar), dengan niat:


USHALLII FARDHAL MAGHRIB ITS AL A ATS A RAKA' A ATIN MAJMUU'AN ILAIHIL 'ISYAA'U ADAA'AN LILLAAHI TA'AALAA.

Artinya : (di dalam hati pada saat takbiratul ihram!) 

"Aku (niat) shalatfardhu maghrib 3 rakaat, dengan menjamak isya kepadanya, karena Aliah Ta'ala."

c. Setelah shalat maghrib selesai, yaitu setelah salam, langsung melakukan iqamah.

d. Setelah iqamah, dilanjutkan dengan mengerjakan shalat isya 2 rakaat, dengan niat:


USHALLII FARDHAL 'ISYAA'I RAK'ATAINI QASHRAN MAJMUU'AN ILAL MAGHRIBI ADAA'AN LILLAAHI TA'AALAA.

Artinya : (di dalam hati pada saat takbiratul ihram!)

"Aku (niat) shalatfardhu isya 2 rakaat, qashar, dengan menjamaknya kepada maghrib, karena Allah Ta'ala."

e. Setelah shalat isya selesai, maka selesai pulalah pelaksanaan shalat qashar-jamak taqdim maghrib dengan isya. Dan pada saat waktu isya tiba, ia tak perlu shalat isya lagi.

3.  Shalat Qashar-jamak ta'khir: zhuhur dengan ashar.

a. Waktu pelaksanaannya pada waktu ashar.

b. Pada saat waktu shalat zhuhur tiba, ia telah berniat akan melaksanakan shalat zhuhur tersebut pada waktu ashar.

c. Shalat yang pertama kali dilakukan boleh dipilih, shalat ashar lebih dahulu atau shalat zhuhur.

d. Jika shalat ashar dahulu maka dikerjakan 2 rakaat, dengan niat:


USHALLII FARDHAL 'ASHRI RAK'ATAINI QASHRAN MAJMUU'AN ILAIHIZH ZHUHRU ADAA'AN LILLAAHI TA'AALAA.

Artinya : (di dalam hati pada saat takbiratul ihram!)

"Aku (niat) shalatfardhu ashar2 rakaat, qashar, dengan menjamak zhuhur kepadanya, karena Allah T a' ala"

e. Setelah shalat ashar selesai, boleh langsung dilanjutkan dengan shalat berikutnya, boleh juga diselingi dengan shalat sunat rawatib atau perbuatan lain (jadi tak ada keharusan untuk menyambungnya dengan shalat berikutnya). 

Jika hendak dilanjutkan dengan shalat berikutnya, maka dilakukan iqamah dan disambung dengan mengerjakan shalat zhuhur 2 rakaat, dengan niat:


USHALLII FARDHAZH ZHUHRI RAK'ATAINI QASHRAN MAJMUU'AN ELAL'ASHRI ADAA'ANLILLAAHITA'AALAA. 

Artinya : (di dalam hati pada saat takbiratul ihram!) "Aku (niat) shalat fardhu zhuhur 2 rakaat, aashar, dengan menjamaknya kepada ashar, karena Allah T a' ala."

4. Shalat qashar-jamak ta'khir : maghrib dengan isya.

a. Waktu pelaksanaannya pada waktu isya.

b. Pada saat waktu shalat maghrib tiba, ia telah berniat akan melaksanakan shalat maghrib tersebut pada waktu isya.

c. Shalat yang pertama kali dikerjakan boleh dipilih, shalat isya lebih dahulu atau shalat maghrib.

d. Jika shalat isya dahulu, maka dikerjakan 2 rakaat dengan niat:


USHALLII FARDHAL 'ISYAA'I RAK'ATAINI QASHRAN MAJMUU'AN ILAIHIL MAGHRIBU ADAA'AN LILLAAHI TA'AALAA.

Artinya : (di dalam hati pada saat takbiratul ihram!)

"Aku (niat) shalat fardhu isya 2 rakaat, qashar, dengan menjamak maghrib kepadanya, karena Allah T a' ala."

e. Setelah shalat isya selesai, boleh langsung dilanjutkan dengan shalat maghrib, atau diselingi dengan shalat sunat, dzikir atau perbuatan lainnya. 

Jika akan dilanjutkan dengan shalat maghrib, maka dikerjakan 3 rakaat (seperti biasa), dengan niat:


USHALLII FARDHAL MAGHRIBI TSALAATSA RAKA'A A-TIN MAJMUU'AN ILAL .'ISYAA'I ADAA'AN LILLAAHI TA'AALAA.

Artinya : (di dalam hati pada saat takbiratul ihram!) 

"Aku (niat) shalat fardhu maghrib 3 rakaat, dengan menjamaknya kepada isya, karena Allah 'Ta'ala".


                                                                                                                  Benswasis Kecilamass
                                                                                                      Pekayon,Pasar Rebo, Cibubur, Jakarta Timur