5 Nasehat Menyadarkan Perampok
Kisah Islamiah hadir kembali dengan
kisah Sahabat, Kisah tobatnya seorang perampok.
Belum ada satu pun manusia yang mampu menyadarkannya dari kegiatan merampok yang telah dia lakukan, hingga akhirnya dia bertemu dengan seorang ulama yang bernama Ibrahim bin Adham.
Perampok tobat, dan menjadi seorang hamba yang taat untuk selanjutnya.
Kisahnya.
Nama perampok ini adalah Jahdar.
Pekerjaan sehari-harinya adalah merampok. Sebenarnya dia ini ingin sekali bertobat, namun setelah mencari ke sana kemari untuk meminta nasehat dari orang lain, dia belum menemukan nasehat yang tepat.
Belum ada satu pun manusia yang mampu menyadarkannya dari kegiatan merampok yang telah dia lakukan, hingga akhirnya dia bertemu dengan seorang ulama yang bernama Ibrahim bin Adham.
Perampok tobat, dan menjadi seorang hamba yang taat untuk selanjutnya.
Kisahnya.
Nama perampok ini adalah Jahdar.
Pekerjaan sehari-harinya adalah merampok. Sebenarnya dia ini ingin sekali bertobat, namun setelah mencari ke sana kemari untuk meminta nasehat dari orang lain, dia belum menemukan nasehat yang tepat.
Hingga akhirnya, ia menuju rumahnya
seorang ulama terkenal yang bernama Ibrahim bin Adham.
Singkat cerita, setelah berjalan jauh, akhirnya sampai juga si perampok ini di rumah Ibrahim bin Adham.
Perampok datang ke Ulama.
Jahdar ke rumah ulama itu hanya ingin meminta nasehatnya saja, bukan untuk merampok.
Setelah masuk ke rumah, terjadilah dialog sebagai berikut.
"Jika kamu tidak bisa memberi nasehat yang bisa menyadarkan saya, maka kamu akan aku bunuh," kata perampok.
"Jika kamu mampu melaksanakan beberapa syarat yang saya ajukan, maka saya tidak keberatan kamu berbuat dosa dimanapun kamu berada," jawab Ibrahim bin Adham.
5 Nasehat Renungan.
"Syarat pertama, jika kamu melaksanakan perbuatan maksiat, janganlah kamu memakan rezeki Allah SWT," kata Ibrahim.
"Lalu saya makan darimana? Bukankah segala sesuatu yang berada di bumi ini adalah rezeki Allah SWT," kata perampok.
"Benar apa yang engkau katakan. Bila kamu telah mengetahuinya, masih pantaskah kamu memakan rezekiNya, sementara kamu terus melakukan maksiat.
"Syarat kedua, kalau kamu bermaksiat kepada Allah SWT, janganlah kamu tinggal di bumiNya," kata Ibrahim.
"Apa?" kata perampok.
"Syarat ini lebih hebat lagi, lalu saya harus tinggal dimana? Bukankah bumi dan segala isinya ini adalah milik Allah SWT?" kata perampok.
"Benar Jahdar, karena itu pikirkanlah baik-baik, apakah kamu masih pantas memakan rezekiNya dan tinggal di bumiNya, sedangkan kamu terus berbuat maksiat," ujar Ibrahim.
"Kamu benar, lalu apa syarat yang ketiga," tanya perampok.
"Kalau kamu masih juga bermaksiat kepada Allah SWT, tetapi masih memakan rezeki dan tinggal di bumiNya, maka carilah tempat yang tersembunyi agar tidak terlihat oleh Allah SWT," ujar Ibrahim.
Syarat ini membuat perampok kalang kabut pikirannya.
"Ya, benar Abah Ibrahim, nasehat macam apakah semua ini, mana mungkin Allah SWT tidak melihat kita?" kata perampok.
"Bagus, kalau kamu yakin Allah selalu melihat kita tetapi kamu masih terus memakan rezekinya, tinggal di bumiNya, dan terus melakukan maksiat kepada Allah SWT, pantaskah kamu melakukan semua itu?" tanya Ibrahim kepada Jahdar yang terlihat masih bengong.
Semua ucapan Ibrahim itu telah membuat Jahdar tidak berkutik dan membenarkannya.
"Baiklah, lalu katakan apa syarat yang keempat," kata perampok.
"Jika malaikat maut hendak mencabut nyawamu, katakanlah kepadanya bahwa engkau belum mau mati sebelum bertobat dan melakukan amal sholeh," ujar Ibrahim
Jahdar termenung kayaknya kali ini dia mulai menyesali perbuatannya.
"Tidak mungkin....tidak mungkin semua itu kulakukan," teriak perampok.
"Wahai Jahdar, bila kamu tidak sanggup mengundurkan hari kematianmu, lalu dengan cara apa kamu dapat menghindari murka Allah SWT?" terang Ibrahim.
Tanpa banyak komentar lagi, Jahdar menanyakan syarat yang kelima atau yang terakhir.
"lalu apa syarat yang kelima?" tanya perampok.
"Yang terakhir, bila malaikat Zabaniyah hendak menggiringmu ke nerakan di hari kiamat, janganlah kamu bersedia ikut dengannya dan menjauhlah," kata Ibrahim.
Perampok Bertobat.
Jahdar seketika itu juga langsung lunglai, teringat akan masa lalunya yang dipenuhi dengan kejahatan dan perampokan.
Jahdar tak sanggup lagi mendengar nasehat sufi itu.
Ia menangis penuh sesal, hingga tanpa sadar Jahdar memeluk erat Ibrahim bin Adham.
"Cukup....cukup ya Abah Ibrahim, jangan engkau teruskan lagi. Saya tak sanggup mendengarnya. Saya berjanji, mulai saat ini saya akan beristighfar dan bertobat kepada Allah SWT," kata Jahdar.
Jahdar memang menepati janjinya.
Sejak pertemuannya dengan Ibrahim bin Adham, ia mulai menjalankan ibadah dengan khusuknya. Dia tinggalkan semua kegiatan merampoknya dan sekarang telah menjadi hamba Allah yang taat hingga akhir hayatnya.
Rangkuman Nasehat Ibrahim bin Adham, seroang ulama, sufi, hamba Allah SWT yang sangat terkenal karena ketaatannya kepada ALlah SWT.
Bila kita berbuat maksiat maka pikirkanlah 5 hal berikut ini:
1. Janganlah makan rezeki Allah SWT.
2. Jangalah tinggal di bumiNya.
3. Bersembunyilah dari Allah SWT bila memang mampu.
4. Janganlah mau bila nyawa dicabut Malaikat maut.
5. Janganlah mau bila diajak Malaikat Zabaniyah untuk menuju neraka.
Singkat cerita, setelah berjalan jauh, akhirnya sampai juga si perampok ini di rumah Ibrahim bin Adham.
Perampok datang ke Ulama.
Jahdar ke rumah ulama itu hanya ingin meminta nasehatnya saja, bukan untuk merampok.
Setelah masuk ke rumah, terjadilah dialog sebagai berikut.
"Jika kamu tidak bisa memberi nasehat yang bisa menyadarkan saya, maka kamu akan aku bunuh," kata perampok.
"Jika kamu mampu melaksanakan beberapa syarat yang saya ajukan, maka saya tidak keberatan kamu berbuat dosa dimanapun kamu berada," jawab Ibrahim bin Adham.
5 Nasehat Renungan.
"Syarat pertama, jika kamu melaksanakan perbuatan maksiat, janganlah kamu memakan rezeki Allah SWT," kata Ibrahim.
"Lalu saya makan darimana? Bukankah segala sesuatu yang berada di bumi ini adalah rezeki Allah SWT," kata perampok.
"Benar apa yang engkau katakan. Bila kamu telah mengetahuinya, masih pantaskah kamu memakan rezekiNya, sementara kamu terus melakukan maksiat.
"Syarat kedua, kalau kamu bermaksiat kepada Allah SWT, janganlah kamu tinggal di bumiNya," kata Ibrahim.
"Apa?" kata perampok.
"Syarat ini lebih hebat lagi, lalu saya harus tinggal dimana? Bukankah bumi dan segala isinya ini adalah milik Allah SWT?" kata perampok.
"Benar Jahdar, karena itu pikirkanlah baik-baik, apakah kamu masih pantas memakan rezekiNya dan tinggal di bumiNya, sedangkan kamu terus berbuat maksiat," ujar Ibrahim.
"Kamu benar, lalu apa syarat yang ketiga," tanya perampok.
"Kalau kamu masih juga bermaksiat kepada Allah SWT, tetapi masih memakan rezeki dan tinggal di bumiNya, maka carilah tempat yang tersembunyi agar tidak terlihat oleh Allah SWT," ujar Ibrahim.
Syarat ini membuat perampok kalang kabut pikirannya.
"Ya, benar Abah Ibrahim, nasehat macam apakah semua ini, mana mungkin Allah SWT tidak melihat kita?" kata perampok.
"Bagus, kalau kamu yakin Allah selalu melihat kita tetapi kamu masih terus memakan rezekinya, tinggal di bumiNya, dan terus melakukan maksiat kepada Allah SWT, pantaskah kamu melakukan semua itu?" tanya Ibrahim kepada Jahdar yang terlihat masih bengong.
Semua ucapan Ibrahim itu telah membuat Jahdar tidak berkutik dan membenarkannya.
"Baiklah, lalu katakan apa syarat yang keempat," kata perampok.
"Jika malaikat maut hendak mencabut nyawamu, katakanlah kepadanya bahwa engkau belum mau mati sebelum bertobat dan melakukan amal sholeh," ujar Ibrahim
Jahdar termenung kayaknya kali ini dia mulai menyesali perbuatannya.
"Tidak mungkin....tidak mungkin semua itu kulakukan," teriak perampok.
"Wahai Jahdar, bila kamu tidak sanggup mengundurkan hari kematianmu, lalu dengan cara apa kamu dapat menghindari murka Allah SWT?" terang Ibrahim.
Tanpa banyak komentar lagi, Jahdar menanyakan syarat yang kelima atau yang terakhir.
"lalu apa syarat yang kelima?" tanya perampok.
"Yang terakhir, bila malaikat Zabaniyah hendak menggiringmu ke nerakan di hari kiamat, janganlah kamu bersedia ikut dengannya dan menjauhlah," kata Ibrahim.
Perampok Bertobat.
Jahdar seketika itu juga langsung lunglai, teringat akan masa lalunya yang dipenuhi dengan kejahatan dan perampokan.
Jahdar tak sanggup lagi mendengar nasehat sufi itu.
Ia menangis penuh sesal, hingga tanpa sadar Jahdar memeluk erat Ibrahim bin Adham.
"Cukup....cukup ya Abah Ibrahim, jangan engkau teruskan lagi. Saya tak sanggup mendengarnya. Saya berjanji, mulai saat ini saya akan beristighfar dan bertobat kepada Allah SWT," kata Jahdar.
Jahdar memang menepati janjinya.
Sejak pertemuannya dengan Ibrahim bin Adham, ia mulai menjalankan ibadah dengan khusuknya. Dia tinggalkan semua kegiatan merampoknya dan sekarang telah menjadi hamba Allah yang taat hingga akhir hayatnya.
Rangkuman Nasehat Ibrahim bin Adham, seroang ulama, sufi, hamba Allah SWT yang sangat terkenal karena ketaatannya kepada ALlah SWT.
Bila kita berbuat maksiat maka pikirkanlah 5 hal berikut ini:
1. Janganlah makan rezeki Allah SWT.
2. Jangalah tinggal di bumiNya.
3. Bersembunyilah dari Allah SWT bila memang mampu.
4. Janganlah mau bila nyawa dicabut Malaikat maut.
5. Janganlah mau bila diajak Malaikat Zabaniyah untuk menuju neraka.
Bens Wasis
Kecilamass, Pekayon, Pasar Rebo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar