Selasa, 31 Januari 2012

Sunan Kalijaga




Adipati Tuban Tumenggung Walatikta yang sering di sebut Raden Sahur,walaupun termasuk keturunan Ranggalawe yang beragama hindu,tapi Raden Sahur sudah memeluk Agama Islam mempunyai anak yaitu Raden Said,sudah sejak kecil diperkenalkan Agama Islam pada seorang guru agama dari Kadipaten Tuban,tetapi karena keadaan yang kontradiksi dengan kehidupan rakyat jelata maka jiwa Raden Said berontak,gelora jiwanya meledak-ledak manakala melihat praktek oknum pejabat kadipaten saat menerik pajak,rakyat yang sudah sangat menderita adanya musim kemarau panjang,mereka harus membayar pajak yang kadangkala tidak sesuai dengan ketentuan yang ada bahkan jauh dari kemampuan mereka seringkali persediaan untuk menghadapi musim panen disita disita penerik pajak,Raden Said mengajukan protes pada Ayahnda""Mengapa pundak mereka masih harus dibebani dengan pajak yang mencekik leher,apakah nurani ayahnda tidak merasa kasihan atas penderitaan mereka"".

Adipati Wilatikta menatap tajam kearah putranya,sesaat kemudian menghela napas panjang seraya berkata"" Said anaku .... saat ini pemerintah Majapahit sedang membutuhkan dana yang sangat besar utuk melangsungkan roda pemerintahan,aku ini hanyalah seorang bawahan sang Prabu,apa dayaku menolak tugas yang dibebankan padaku,bukan hanya Kadipaten Tuban yang harus membayar upeti lebih besar dari tahun -tahun yang lalu"" Mengapa harus rakyat yang jadi korban ""sahut Raden Said,dilihat ayah wajahnya berubah memerah pertanda hatinya tersinggung atau naik pitam,Raden sangat menyesal baru kali ini terjadi dan selama hidupnya tak pernah dilakukan,Raden Said tahu diri dengan menunduk dan mengundurkan diri dari hadapan ayahnya.

Walau Raden Said anak seorang bangsawan dia lebih suka kehidupan yang bebas,dia gemar bergaul dengan rakyat biasa atau dengan segala lapisan dan tidak mau terikat dengan adat istiadat kebangsawananya,jika malam dia sering mengumandangkan ayat-ayat suci Al-quran,tapi mulai berubah dan keluar rumah ,pada saat penjaga gudang tertidur lelap,Raden Said mengambil sebagian hasil bumi yang akan di setor ke majapahit dan dibagikan ke rakyat yang membutuhkan tentu rakyat menjadi senang,walaupun mereka tak pernah tahu siapa yang melakukan di malam hari secara sembunyi-sembunyi,penjaga gudang merasa kaget karena semakin lama semakin berkurang barang yang ada digudang,penjaga ingin mengetahui siapa sebenarnya yang melakukan,suatu malam secara sembunyi-sembunyi mengintip dari kejauhan,jelas sudah dugaanya mereka tak percaya yang melakukan adalah Raden Said,ketika hendak keluar dari gudang sambil membawa hasil curian dipergoki oleh tiga penjaga lalu menangkap beserta barang buktinya,Raden Said dihadapkan ke ayahnya""Sungguh memalukan sekali perbuatanmu itu,kurang apa aku ini,apa aku pernah melarang kamu makan sekenyang-kenyangnya
mengapa kau lakukan perbuatan tercela ini""hardik ayahnya,Raden Said tak menjawab sekatapun diam saja,dalam hati berkata biarlah ayahku tak pernah tahu kepada siapa barang-barang itu kuberikan ,Adipati marah sekali akhirnya untuk menebus kesalahanya Raden Said dihukum cambuk 200 kali ditanganya dan disekap untuk beberapa hari tidak boleh keluar rumah.

Jerakah Raden Said,sesudah keluar dari hukuman dia benar-benar keluar dari lingkungan istana, mengenakan topeng khusus berpakaian serba hitam dan kemudian merampok harta orang-orang kaya di kabupaten Tuban,terutama orang kaya yang pelit dan para pejabat kadipaten yang curang,hasil rampokanya diberikan pada orang yang fakir-miskin,tapi perbuatanya ini sampai mencapai titik jenuh ada saja orang yang bermaksud mencelekakanya,ada seorang pemimpin rampok sejati yang mengetahui aksi Raden Said ,kemudian si rampok itu berpakaian persis Raden Said,pada suatu malam setelah melaksanakan shalat Isya'mendengar jeritan tangis para penduduk yang kampungnya sedang dijarah perampok bergegas mendatanginya tempat kejadian,begitu melihat kedatangan Raden Said kawanan rampok itu berhamburan melarikan diri,tinggal pimpinan mereka yang sedang memperkosa seorang gadis cantik.Raden Said mendobrak pintu rumah melihat ada seseorang yang bertopeng menyerupai dirinya sudah selasai memperkosa sedang mengenakan pakaian,Raden Said berusaha menangkap tapi keburu kabur
mendadak terdengar kentongan bertalu-talu dan penduduk kampung lainya berdatangan ketempat itu.

Pada saat itu gadis yang baru selesai diperkosa perampok menghamburkan diri dan menangkap erat-erat tangan Raden Said di saksikan pemuda pemuda dengan senjata terhunus siap menghabisi Raden Said,kemudian dibawa kerumah kepela desa,dengan penasaran kepala desa membuka topeng di wajah Raden Said,seketika terbungkam,menganggap, ternyata perampok dan pemerkosa adalah putra junjunganya sendiri,kemudian secara diam diam Raden Sain dibawa ke Istana Kadipaten Tuban,Sang Adipati mendengar laporan tersebut sangat murka kemudian mengusir dari wilayah Kadipaten Tuban.""pergi dari kadipaten Tuban ini!,kau telah mencoreng nama baik keluarga,jangan kembali sebelum kau dapat menggetarkan dinding istana kadipaten dengan aya-ayat suci Al-quran yang sering kau baca dimalam hari""

Sang adipati Wilatikta sangat terpukul dengan kejadian tersebut,mengingat Raden Said diharapkan dapat menggantikan kedudukanya untuk menjadi Adipati Tuban,namun sirna sudah segala harapan sang adipati.Hanya ada satu orang yang tidak mempercayai perbuatan itu dilakukan oleh Raden Said,yaitu adiknya sendiri Dewi Rasawulan,Raden Said itu berjiwa bersih luhur dan sangat tidak mungkin melakukan perbuatan keji,padahal ia berusaha menolong fakir miskin ,sungguh kejam difitnah seperti itu.Dewi Raswulan sangat menyayangi kakaknya dan merasa kasihan,tanpa sepengetahuan
orang tuanya dia meninggalkan istana kadipaten untuk mencari Raden Said hendak diajak pulang,tentu saja orang tuanya kelabakan mengetahui kejadian ini,kemudian memerintahkan para prajurit untuk mencari Dewi Rasawulan namun hasilnya sia sia,pada akhirnya sesuai dengan babad tanah jawa dikisahkan bahwa sang dewi ditemukan oleh seorang tumenggung dari majapahit yaitu Empu Supa yang telah menjadi murid Raden Said atau Sunan Kalijaga,dan kembali bersama-sama diantar ke Tuban oleh Sunan Kalijaga.

PENGGEMBLENGAN DIRI
Setelah di usir,kemanakah Raden Said berada,ternyata ia mengembara tanpa tujuan pasti pada akhirnya ia menetap di hutan Jatiwangi dan selama bertahun-tahun menjadi rampok yang budiman mengapa demikian karena seluruh hasil rampokan pada orang kaya yang kikir dan tidak mau membayar Zakat di berikan pada orang yang fakir dan miskin
beliau juga berganti nama menjadi Brandal Lokajaya,,pada suatu hari di hutan Jatiwangi melintas seorang berjubah putih,dari kejauhan brandal lokajaya melihat dan mengincar sebuah tongkat yang gagangnya berkilauan,dalam hati terucap""pasti gagang itu terbuat dari emas""terus diawasinya orang berjubah putih itu ,setelah dekat dia menghadang langkahnya sembari berkata""Hai orang tua,apa kau pakai tongkat?,kelihatanya kau tak buta dan sepasang matamu masih awas dan kau juga masih
tampak tegar,kuat berjalan tanpa tongkat"".seorang tua itu tersenyum dengan wajah yang ramah seraya berkata""hai anak muda ....perjalanan hidup manusia itu tidak menentu,kadang berada di tempat terang,kadang berada di tempat gelap,dengan tongkat ini aku tidak akan tersesat bila berjalan dalam kegelapan""
""Tapi....saat ini hari masih siang,tanpa tongkat kukira kau tidak akan tersesat berjalan dihutan ini''sahut Raden Said,dengan tersenyum lelaki berjubah putih itu berkata""Anak muda tongkat adalah pegangan,orang hidup haruslah mempunyai pegangan supaya tidak tersesat dalam menempuh perjalanan hidup,agaknya jawaban yang mengandung filosofi itu tak menggugah hati raden said,dia mengakui kebenaranya tapi perhatianya terlanjur pada sebuah gagang tongkat,tanpa banyak bicara direbutlah tongkat dari tangan orang tua yang memeganginya,ternyata gagang tersebut tidak terbuat dari emas melainkan dari kuningan yang kemilau tertimpa sinar matahari
dengan susah payah orang tua itu bangun,sepasang matanya mengeluarkan air walau tak ada suara tangisan dari mulutnya,kemudian raden said mengembalikan pada orang tua tadi sambil berkata""Jangan menangis ini tongkatmu kukembalikan ""Bukan tongkat ini yang kutangisi""ujar lelaki itu sembari memperlihatkan beberapa batang rumput di telapak tanganya""lihatlah ! aku telah berbuat dosa,menyianyiakan,rumput ini tercabut ketika aku akan jatuh tersungkur tadi""Raden said bertanya heran ""Hanya beberapa lembar rumput,kau merasa berdosa?"",""ya memang berdosa!karena kau telah mencabut tanpa suatu keperluan,andaikata untuk makanan ternak itu tidak mengapa"" ujar lelaki itu,hati raden said agak tergetar atas jawaban yang mengandung nilai itu
"" anak muda sesungguhnya apa yang kau cari dihutan ini""
""saya mengintai harta""
""untuk apa ?""
""akan saya berikan ke fakir miskin dan penduduk yang menderita""
""hemm,sungguh mulia hatimu,sayang...caramu mendapatkanya keliru""
""orang tua ......apa maksudmu?""
""Boleh aku bertanya anak mud""
""silahkan""
""jika kau mencuci pakaianmu yang kotor dengan air kencing,apa tindakanmu benar?""
""sungguh perbuatan yang bodoh,akan menambah kotor dan bau pakaian itu saja""
""demikian pula amal yang kau lakukan,kau bersedekah dengan barang yang didapat
secara haram,merampok atau mencuri,itu sama halnya mencuci pakaian dengan air
kencing tadi""
""Allah itu adalah Zat yang baik hanya menerima amal dari barang yang baik dan
halal""ucap lelaki tua itu,Raden Said tambah terheran-heran mendengar keterang tersebut dengan rasa malu hatinya,betapa kelirunya perbuatanya selama ini,dipandang sekali lagi lelaki berjubah itu,sungguh Agung dan berwibawa namun mencerminkan pribadi yang welas asih ""Banyak jalan usaha untuk mengentaskan kemiskinan,jangan hanya memberi bantuan makan dan uang,tapi kau peringatkan penguasa yang Zalim agar mau merubah caranya memerintah yang sewenang-wenang,kau juga harus membimbing rakyat agar dapat meningkatkan taraf kehidupya""Raden Said semakin terpana,ucapan seperti itulah yang didambakanya selama ini.""Kalau kau tak mau kerja keras,dan hanya ingin beramal dengan cara yang mudah,maka ambillah itu,itu barang halal,ambilah sesukamu""
kata lelaki tua itu sambil menunjuk pada sebatang pohon Aren,seketika pohon itu berubah emas seluruhnya,Raden said terbelalak,dasar Raden said pemuda yang sakti,setelah mengerahkan seluruh ilmunya,ternyata pohon aren itu menjadi emas bukan karena disihir,bahkan Raden said berusaha memanjat untuk mengambil buahnya yang menjadi emas berkilauan mendadak buah tersebut rontok berjatuhan mengenai kepala Raden said sehingga pingsan,namun ketika sadar buah aren yang rontok berubah menjadi hijau seperti buah aren biasa,Raden said bangkit dan berdiri sambil mencari orang jubah putih,tapi yang dicari sudah tak ada lagi.

""Pastilah dia seorang yang berilmu tinggi,melihat cara berpakaian tentulah dari golongan para ulama atau mungkin seorang waliullah,aku harus menyusulnya,dan mengejar sekemampuanku,aku akan berguru kepadanya ""pikir Raden said,akhirnya Raden said dapat melihat bayanganny dari kejauhan,sepertinya santai saja orang itu melangkahkan kakinya,tapi ia tak bisa menyusulnya,jatuh bangun,terseok-seok dan berlari lagi sampai tenaganya habis baru bisa dibelakangnya.Lelaki berjubah itu berhenti,bukan karena dibelakangnya ada Raden said melainkan di depanya terbentang sungai yang cukup lebar,tak ada jembatan,sungai tampaknya dalam.
"" Tunggu....""ucap raden said""Sudilah tuan menerima saya sebagai muridmu""
""Menjadi muridku?"",Tanya lelaki itu""Kau mau belajar apa""
""Apa saja,asal tuan mau menerima saya sebagai muridmu""
""Berat,berat sekali anak muda,bersediakah kau menerima syarat-syaratnya""
""Saya bersedia Tuan""

Lelaki itu menacapkan tongkatnya di tepi sungai,Raden Said diperintahkan untuk menungguinya,tak boleh beranjak dari tempat itu sebelum lelaki itu kembali menemuinya
Iapun bersedia menerima syarat ujian itu,selanjut lelaki itu menyeberangi sungai sambil berjalan diatas air tanpa kaki basah menyentuh air,Raden Said terheran-heran setelah lelaki itu hilang dari pandanganya,Raden said duduk bersila dan berdoa kepada Allah supaya ditidurkan seperti para pemuda di Goa Kahfi ratusan tahun silam
Doanya terkabul tertidur dalam semedi selama tiga tahun,akar dan rerumputan telah mebalut hampir menutupi sebagian besar anggota tubuhnya.

Setelah tiga tahun lelaki itu menemui Raden Said,tetapi tidak bisa dibangunkan,namun setelah dikumandangkan Adzan,Raden said membuka sepasang matanya kemudian dibersihkan
tubuhnya dan diberi pakaian baru yang bersih kemudian dibawa ke Tuban,mengapa ke Tuban? karena lelaki tua itu adalah Sunan Bonang, dan akan diberi pelajaran sesuai dengan tingkatanya,yaitu tingkat Waliullah,dikemudian hari Raden Said terkenal dengan sebutan Sunan Kalijaga,Kalijaga artinya orang yang menjaga Sungai,namu ada yang menafsirkan Sunan Kalijaga adalah yang menjaga semua aliran kepercayaan yang hidup saat itu agar tidak membahayakan ummat melainkan diarahkan pada ajaran agama Islam yang benar,Ada juga yang mengartikan legenda pertemuan Sunan Bonang dengan Raden Said hanya simbol saja,kemanapun Sunan Bonang pergi selalu membawa tongkat atau pegangan hidup itu artinya selalu membawa Agama,Iman sebagai petunjuk jalan kehidupan,Raden Said disuruh menunggui tongkat atau agama di tepi sungai artinya
disuruh menjaga ukuwah Islamiah pada semua aliran kepercayaan yang masih berpegang
pada agama lama yaitu Hindu dan Budha,Sunan Bonang mampu berjalan diatas air tanpa ambleske dalam sungai bahkan tak terkana percikan air sungai,itu artinya Sunan Bonang dapat bergaul dengan masyarakat yang berbeda agama tanpa kehilangan identitas
agama yang dianut sunan bonang,Raden Said saat menunggu, tak hanyut ke aliran sungai
hanya akar dan rerumputan yang membalut menutupi wajah itu artinya,Raden said bergaul dengan masyarakat jawa,adat istiadat masyarakat dipakai sebagai alat dakwah dan diarahkan pada ajaran Islam yang bersihnamun usaha itu tampaknya sedikit mengotori tubuh Raden said,dan setelah tiga tahun Sunan Bonang membersihkanya dengan ajaran-ajaran Islam tingkat tinggi sehingga Raden Said masuk kegolongan para wali dan pengetahuanya telah cukup untuk menyebarkan agam Islam.

KERINDUAN SEORANG IBU
Setelah bertahun-tahun ditinggalkan oleh kedua anaknya,permaisuri Adipati Wilatikta
sepertinya sudah kehilangan gairah hidupnya,terlebih mendengar rampok yang tangkap memakai topeng menyerupai anaknya,dari pengakuan rampok itula Adipati baru menyadari bahwa Raden Said tak terlibat atau bersalah,Ibunya menangis sejadi-jadi
nya menyesalkan pengusiran anak yang disayanginya,sang ibu tak pernah tau kalau sang anak yang hilang sudah kembali ke Tuban,hanya saja tak langsung ke Istana Kadipaten melainkan tinggal di tempat Sunan Bonang,Untuk mengobati kerinduan sang Ibu,tidak jarang Raden Said mengerahkan ilmu yang tinggi yaitu membaca Alqur'an dari jarak jauh lalu suaranya dikirim keistana Tuban,suara yang merdu menggetarkan dinding-dinding istana bahkan mengguncangkan hati Adipati Tuban beserta istrinya,tapi Raden Said belim menampakan diri,karena masih banyak tugas yang harus dikerjakan,di anta
ranya harus menemukan adiknya kembali,pada akhirnya dia kembali dengan adiknya yaitu Dewi Rasawulan,dengan rasa bahagia yang sangat mendalam Adipati menerima kedatangan putra-putrinya yang sangat dicintainya itu.

Raden Said tidak bersedia menggantikan kedudukan Adipati,karena dia lebih suka menjalani kehidupan yang dipilihnya sendiri,walau sedikit kecewa adipati Tuban agak
terhibur,sebab suami Dewi Rasawulan bukan orang sembarangan.Empu Supa adalah seorang Tumenggung dari Majapahit yang terkenal,cucu yang lahir dari keturunan Empu ,akhir
nya kedudukan Adipati Tuban diserahkan padanya,kemudian Raden Said meneruskan pengembaraanya berdakwah agama islam sampai jawa tengah dan jawa barat,dalam usia yang lanjut beliau memilih Kadilangu sebagai tempat tinggalnya yang terakhir,hingga
sekarang beliau dimakamkan di Kadilangu Demak.

Damin kecilamass
Pasar Rebo Jakarta Timur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar